[Catatan Dapur] Lemang, Si Makanan yang Selalu Dirindukan
Lemang, makanan berbahan dasar beras ketan ini selalu punya nilai historikal buat gue.
Lengket, gurih karena ada campuran santan dan rempah-rempahnya membuat Lemang jadi kuliner yang cukup unik dan populer di berbagai daerah, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
Aromanya seketika menjadi begitu membuai indera pengecap karena digulung dengan selembar daun pisang dan dimasak dalam seruas bambu.
Wah, jangan ditanya deh, JUARA!
Biasanya Lemang itu ditemukan di masyarakat Melayu pada hari-hari besar Indonesia. Gue sendiri sering banget nemuin Lemang di bulan puasa, sebagai menu berbuka puasa.
Puncaknya, baru di Idul Fitri, Lemang seringkali disajikan bersama rendang di rumah nenek gue. Hmmm.. bahkan nulis artikel ini pun udah kebayang tuh aroma lemang dengan rendang kering Padang.. Duuuudududuuuuhhh
Tapi, menurut Wiki, lemang di Sumatera Utara dinikmati dengan Durian lhooo. Sedangkan di Sumatera Barat, lemang disajikan dengan tapai ketan hitam, opor atau rendang.
Masyarakat Dayak Deah di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan memiliki tradisi membuat lemang yang disebut "malamang". Mereka membentuk beberapa kelompok kerja dalam pembuatan lemang secara bergotong royong.
Lemang juga merupakan penganan khas legendaris masyarakat Kota Samarinda yang diproduksi dan diperdagangkan oleh orang-orang Banjar di Jalan Pulau Sebatik, Samarinda. Restoran modern di ibu kota Kalimantan Timur ini juga menyajikan lemang sebagai salah satu kuliner tradisional Samarinda. Lemang dihidangkan dengan pembungkus daun pisang dan dipadukan dengan telur asin.
Selain di Indonesia, lemang juga merupakan makanan orang asli Negrito yang ada di Kelantan serta suku Semai di Malaysia.
Bahan
- 1 liter beras ketan
- 4 gelas santan
- 2 sendok teh garam
- 1 batang buluh bambu
- daun pisang muda secukupnya
Peralatan
- Pisau tajam untuk memotong bambu dan daun pisang
- Baskom besar untuk mencuci dan merendam beras ketan
- Panci untuk memasak santan
- Tungku atau kompor untuk membakar lemang
- Kayu bakar atau arang (jika menggunakan metode tradisional)
- Sendok kayu panjang untuk mengaduk
- Sarung tangan tahan panas
Cara memasak
- Beras ketan dicampur santan kelapa, lalu dimasukkan ke dalam seruas bambu. Kemudian dibakar sampai matang.
- Beras ketan dicuci hingga bersih, lalu direndam selama 3-4 jam atau semalaman. Setelah itu ditiriskan.
- Bambu dibersihkan lalu dipotong sesuai ukuran yang diinginkan (biasanya 30-50 cm), dan dipastikan tidak ada retakan. Bersihkan daun pisang dan potong sesuai ukuran bambu. Bagian dalam bambu dilapisi dengan daun pisang. Sisakan sedikit daun pisang di bagian atas untuk menutup nanti.
- Dalam panci, campurkan santan dengan garam dan bahan tambahan lainnya jika digunakan. Panaskan campuran santan hingga mendidih, aduk sesekali agar tidak pecah. Masukkan beras ketan yang sudah ditiriskan ke dalam campuran santan. Aduk rata dan masak sebentar hingga santan terserap sebagian (proses aron).
- Campuran ketan dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang hingga penuh. Disisakan ruang sekitar 2-3 cm di bagian atas. Kemudian, bagian atas ditutup dengan sisa daun pisang dan ikat dengan tali.
- Bambu berisi ketan diletakkan dengan tungku atau pembakaran secara vertikal di sekitar api. Posisinya sedikit miring (sekitar 60-70 derajat). Lemang dibakar selama 3-5 jam, tergantung ukuran bambu dan intensitas api. Selama proses pembakaran, bambu diputar secara berkala agar matang merata.
- Setelah 3 jam, cek kematangan lemang dengan mengetuk bambu. Jika terdengar suara padat, kemungkinan sudah matang. Untuk memastikan, buka sedikit bagian atas dan coba teksturnya. Jika sudah kenyal dan tidak ada bagian yang masih keras, berarti lemang sudah siap.
- Setelah matang, bambu berisi lemang diangkat dari api dan dibiarkan dingin sejenak. Bambu dibelah secara memanjang untuk mengeluarkan lemang dari bambu.
Post a Comment