[Novel] - GCCEO - 26 - Lovers Client

Boga Mentari - SCBD

"Bu Prita, di bawah ada wanita bernama Sekar, ingin bertemu," ucap Erina melalui sambungan telepon internal.

"Oh ya.. langsung aja ke sini, Erin."

Sekar pun dipersilahkan langsung ke ruangan Prita. Ia menatap kagum ke sekeliling kantor. Takjub dengan gedung besar, di mana Prita menjadi seorang pucuk pimpinan di perusahaan ini.



"Selamat pagi, Bu Prita," sapa Sekar ketika dipersilahkan masuk ke ruangan Prita oleh Erina.

"Sekaaar... apa kabar?" sambut Prita.

"Baik, Bu..." sahut Sekar malu-malu.

"Kenapa jadi 'Bu' lagi sih?"

"Ehm, jangan gitu laaaah. CEO lho Bu Prita ini ternyata," 

"Jadi gimana? Kamu mau nggak jadi asisten pribadiku?"

"Terima kasih, Bu... Saya akan berusaha sebaik mungkin, menjadi seorang yang sesuai dengan kriteria Ibu inginkan," Sekar lalu mengubah bahasanya menjadi lebih formal untuk berbicara dengan Prita. Terlebih karena Sekar mengetahui bahwa Prita benar-benar orang penting di perusahaan. 

"Baik kalau begitu, kamu tinggal dimana di Jakarta?"

"Untuk sementara masih di rumah teman.. sambil cari tempat kos dekat-dekat sini,"

"Ooh.. nanti minta tolong sama Erina, untuk dicarikan ya,"

Sekar lalu berkoordinasi dengan Erina seputar pekerjaan, sekalian mencari info mengenai kos-kosan terdekat.

Prita:
Good morning, Love. Busy today?

Andra
Hmm.. baru mau telpon lho. Kayaknya kita emang jodoh deh.

Prita
Bisa aja nih. Soal apa ya?

Andra:
Dinner, tonight? My place, I'll cook.

Prita:
Menarik sekali tawarannya. Can't wait..

Siang itu, Prita disibukkan dengan berbagai meeting koordinasi dengan banyak bagian di Boga Mentari. Setelah menerima laporan dari masing-masing divisi, ada beberapa yang menimbulkan pertanyaan dari Prita. Sehingga dia merasa perlu untuk berdiskusi dengan masing-masing divisi secara langsung.

Hingga sore hari, ketika jam kantor sudah hampir selesai, Erina masuk ke ruangan Prita.

"Maaf, Bu. Ada yang perlu saya komunikasikan dengan Ibu."

"Silahkan," Prita sambil membereskan Macbook ke dalam tas kerjanya.

"Ehm... Mengenai Naira, Bu."

"Kenapa Naira?" Mendengar nama itu, Emosi Prita langsung naik.

"Biasanya saya mentransfer sejumlah uang untuk keperluan bulanan Mbak Naira dari Bapak. Tetapi, kondisi Bapak seperti sekarang, apakah saya tetap mentransfer uang tersebut?"

"Hentikan. Biar nanti saya yang urus. Putuskan segala yang ada hubungannya dengan wanita itu. Sekarang kamu sekretaris saya, hanya sesekali mengerjakan urusan pribadi Papa dan itupun atas sepengetahuan dan persetujuan saya."

"Untuk hal yang satu ini, saya mau dihentikan. Tidak perlu tanya kenapa, karena kamu sendiri sudah tau kan jawabannya."

"Baik, Bu," jawab Erina lalu berjalan keluar ruangan Prita.

Prita benar-benar tegas untuk memutus hubungan papanya dengan Naira. Itu jika memang Pria masih mau tinggal dengan Shinta di rumah Tebet.

Jika Pria memilih untuk tinggal bersama Naira, maka Prita akan menuntut papanya untuk menyelesaikan urusan rumah tangga dengan mamanya. Hingga tidak ada hubungan apapun nantinya. Dia tidak ingin mamanya sakit hati terlalu lama.

Tidak sampai sepuluh menit, Andra datang menjemput Prita.

"Silahkan masuk, Pak. Ibu menunggu di dalam," sambut Erina membukakan pintu untuk Andra.

"Andra..." ujar Prita seperti tidak bersemangat.

Lelaki itu sudah bisa tahu dari mimik dan gerak-gerik Prita, bahwa sedang ada yang mengganggu dalam pikiran wanitanya itu.

"Ada apa, Ta?" tanya Andra perlahan.

"Nggak ada, cuma berasa capek aja hari ini," meski begitu, ia tetap mencium singkat bibir Andra, menyambut dan memeluknya. Sekejap, menyesap aroma maskulin khas dari tubuh Andra yang membuatnya perlahan tenang.

Mereka pun lalu beranjak meninggalkan kantor dan menuju ke apartemen Andra untuk menikmati makan malam.

***

Pakubuwono Residence

Andra sedang menyiapkan steak untuk makan malam dengan Prita membantu membuat side dishes.



"Baby, sebenarnya ada satu yang mau aku bicarain sama kamu. Tapi urusan pekerjaan, is it ok?" tanya Andra.

"Sure!.. apa sih?"

"Aku kepikiran untuk menggunakan PR Agency di DCI. Kemarin aku lihat kamu di acara pembukaan Hams, kayaknya kok kita perlu treatment seperti itu untuk corporate branding produk-produk yang kita punya."

"Maksudnya?"

"Ya aku lihat kemarin waktu kamu datang ke pembukaan Hams, nggak terlihat mencolok sih, tapi aku got the point that you were trying to be part of Hams.. dengan menambahkan aksesoris berwarna senada dengan brand, etc."

"Ooohh, hahahaha... " Prita baru nyambung yang dibicarain Andra.

"So, what do you want me to do?" Prita mendekati Andra dan memeluk kekasihnya itu dari belakang.

"Aku juga sudah ngobrol-ngobrol sama divisi Promo dan PR. Mereka juga pikir perlu juga sih menggunakan jasa PR Agency seperti Blast Image untuk lebih memperkuat brand kita."

"Tapiii... supaya nanti nggak ada omongan macem-macem. Kita mau undang beberapa PR agency untuk pitching nih. Masing-masing sudah harus presentasi konsep seperti apa sih yang paling kena ke perusahaan kita."

"Oo OK. Kapan aku bisa atur waktu ketemu dengan tim kamu dulu. Supaya kita tau nih DCI itu apa sih yang perlu diuprek-uprek," tangan Prita malah jail menyentuh halus perut kotak-kotak Andra hingga ke dada.

"Hmmppff.. nanti biar Tasha yang hubungi kamu untuk itu ya. Aku sih udah masukin Blast Image ke dalam list-nya. Mungkin besok dihubungi lebih lanjut," Andra mulai tergoda, tapi masaknya belum selesai. Ia menangkap tangan nakal Prita dan membalikkan badan hingga mereka pun berhadapan.

"Tunggu, Baby... kita makan dulu, biar tenaganya full, ok?"

Prita melepaskan pelukannya, tangannya kemudian membingkai wajah tampan Andra lalu mengecup lembut bibirnya. "I'll wait."

Sambil menunggu Andra selesai masak, Prita menghubungi Nadine.

Prita:
Nad.. sorry nih malem-malem. Tolong deh research dikit tentang DCI.

Nadine:
It's Ok, Prit.. Untuk?

Prita:
Andra bilang mereka mau undang kita pitching untuk jadi PR Agencynya. Jadi kalo bisa, sebelum kita ketemuan sama timnya, paling nggak kita udah punya beberapa info dasar nih soal DCI.
Gue sih lagi mau atur waktu buat brief awal sama tim PR dan Promonya. Tapi karena kita udah dapet bocoran gini, lebih bagus kalo kita udah mulai dikit-dikit deh. Tinggal pastiin aja langsung begitu ketemu.

Nadine:

Wokeeeh siap, Boss. Pacar sendiri jadi klien nih *emotngakak

Prita
Biar Blast Image tambah cuan! *emotngakak

***

Boga Mentari - SCBD

"Pagi, Bu Prita," sapa Erina dan Sekar, menyambut kala Prita keluar lift dan berjalan menuju ruangan pagi itu.

"Pagi.. hai, Sekar. Yuk ke ruangan saya. Erina juga ya," titah Prita yang kemudian diikuti oleh Erina dan Sekar.

"Ehm, silahkan duduk dulu. Terima kasih kopinya, Erina," Prita meletakkan Loewe Puzzle bag dan Macbooknya di meja kerja lalu mengambil gelas iced latte yang sudah disiapkan Erina.

"Selamat datang, Sekar. Mulai hari ini Sekar akan berada langsung di bawah saya, mengurus segala keperluan saya. Termasuk urusan perusahaan dan pribadi di dalamnya. Bisa di Boga Mentari atau di Blast Image."

"Nanti Sekar bisa koordinasi dengan Erina untuk di Boga Mentari. Erina, tolong nanti kalau ada keperluan, Sekar diberi arahan untuk menemui siapa-siapanya ya."

"Siap, Bu," jawab Erina. Sekar pun menganggukkan kepalanya. Rambut ikalnya yang tebal, hari ini dikuncir dua sehingga bergerak lincah ketika Sekar menganggukkan kepalanya.

"Nanti siang kita ke Blast Image, Sekar. Akan saya kenalkan tim yang ada di sana. Supaya kamu nanti bisa koordinasi langsung dengan mereka untuk urusan saya di Blast."

Setelahnya, Sekar dibawa oleh Erina untuk diperkenalkan ke divisi-divisi yang ada di Boga Mentari.

***

Blast Image

Setelah makan siang, Prita mengajak Sekar ke kantor Blast Image untuk memperkenalkannya kepada tim di Blast.

"Prit.. loe bawa makanan apa kek gitu kalo ke sini. Kasian nih, kalo nggak terlampiaskan naluri nyemilnya, suka jadi pada asik ghibah," seru Lola ketika mereka duduk di ruangan Prita.

"Nadine mana?" tanya Prita.

"Sebentar, masih OTW. Hari ini dia ada perlu sama Irrdi dulu trus baru ke kantor," jawab Theo.

"Hmm... ada apa ya?" tanya Prita mulai curiga.

"Ehem! Itu personal assistant loe, Prit?" tanya Lola.

"Eh iya.. Sekar!" seru Prita memanggil Sekar yang baru saja masuk ruangan ditemani Bunga.

"Kenalin dulu, ini Lola dan Theo. Kalo Theo ini yang pegang finance ya. Satu lagi nanti ada Nadine. Yang handle bagian saya di sini, kalau saya lagi di Boga Mentari."

"Oya, satu lagi ada Mas Erwin, nanti saya kenalin. Orangnya masih sibuk telponan tuh. Klien kayaknya. Bunga.. tolong kenalin Erina keliling-keliling ya," titah Prita ke Bunga.

"Dapet dari mana, tiba-tiba udah ada aja Personal Assistant. Kemarin kan kata loe, agak susah kalo nggak klik," tanya Theo kepo.

"Nanti gue ceritain.. abis ini ngopi yuk. Kemana kita?" tanya Prita.

"Gue ngobrol dulu sama Nadine... sama elo juga deh Lol. Kita ditawarin pitching di DCI nih."

"Naaaah, akhirnya dateng juga nih DCI ke Blast," sambut Erwin yang tau-tau udah nongol aja di ruangan Prita.

"Bentar, Mas. Masih disiapin dulu. Nanti kalo udah dikasih jadwalnya ke sana, ikut nggak?" tanya Prita.

"Ikut lah! Klien kelas kakap nih. Boga Mentari nggak sekalian nih masuk ke Blast?" tanya Erwin.

"Hahaha... beda kasus itu sih. CEO nya perhitungan!" sahut Theo yang terus dilempar pensil sama Prita.

No comments