[Novel] - GCCEO - 16 - Mulai Aktif di Dua Perusahaan
"Nad... gue bener-bener minta tolong sama loe deh," siang itu Prita langsung manggil Nadine juga Lola ke ruangannya.
"Ada yang serius, Prit?" Tanya Nadine mulai deg-degan kalo nadanya Prita udah mulai datar begini. Mode bijaksana ala bos gini nih yang suka nyeremin buat anak-anak di Blast Image.
"Loe tau kan, bokap gue masih dalam kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk beraktivitas normal..."
"Nah, satu nih yang lepas dari pikiran gue selama ini, tapi gue ternyata harus banget nyantol di situ,"
"Apaan sih? Loe tuh bikin kita deg-degan deh. To the point aja dong, Prit. Keburu mules nih otak gue," seru Lola yang emang kesabarannya setipis tissue dibelah-belah lagi.
"Hmmppff... gini deh. Gue minta tolong sama loe nih Nad. Tolong loe handle dulu bagian gue di Blast ini... nggak full sih karena gue nanti posisinya akan setengah-setengah antara di Blast dan di Boga Mentari. Gue harus banget megang di sana, Nad.. please tolongin gue ya,"
![]() |
Foto: Pinterest Ana Beatryz |
"Hah?? Gilak! Masa iya gitu, Prit. Yakin loe? Loe nggak mau hire someone more capable than me gitu?" sahut Nadine yang agak nggak yakin bisa juga dikasih wewenang yang cukup besar itu.
"Duuh Nad, nanti tolong bantu juga ya, Lol. Klien pegangan loe nanti di-back up sama Risa atau Daniel deh. Biar nggak terlalu numpuk. Tapi please gue butuh bantuan kalian berdua, supaya Blast juga tetep running," jelas Prita.
"Hmm... I'll give it a try ya, Prit. Tapi tolong juga jangan dilepas gitu aja. Gue pasti butuh banget nih konsul sama loe,"
"Pastinya, Nad. Tolongin juga ya, Lol..." sambung Prita.
"Gue pilih kalian berdua.. karena kalian kan udah ada di sini semenjak day one. Jadi kalian yang yang udah ikut di kerja gue, kerja kita untuk bikin Blast jadi kayak gini,"
"Iya, iya, Prit. Tapi gue harus banyak belajar sama loe nih. Selama ini kita berdua acungin jempol banget buat pemikiran-pemikiran loe... semua yang loe lakuin buat Blast itu kadang ajaib tapi kena sih," Lola mulai ikutan serius.
"Thanks ya, guys.. gue sangat-sangat bersyukur bisa sama kalian di sini, di hidup gue juga ding!" Sahut Prita lega karena paling tidak satu masalah bisa diselesaikan.
***
Boga Mentari - SCBD
Sekitar jam 3 sore, Prita meluncur ke Boga Mentari. Erina sudah menunggu kedatangannya untuk segera berkoordinasi perihal pergantian pemegang perusahaan bersama para Manajer.
"Sore Mbak Erina, yuk ke ruangan" sapa Prita ketika sampai di lantai, di mana kantor Papa Pria berada.
Erina kemudian mengikutinya masuk ke ruangan yang cukup besar namun didesain dengan sangat modern dan clean.
"Mbak.. mau kopi atau teh?" Erina masih belum tau kebiasaan Prita karena memang Prita jarang banget ke kantor papanya.
"I bring my own coffee, Mbak. Terima kasih," sahut Prita tersenyum.
"Baik, Mbak.."
"Jadi gini, mungkin Mbak Erina udah tau ya kenapa saya ke sini hari ini. Saya juga udah konsultasi dengan Oom Heru. Jadi sudah mulai bisa dijalankan pengalihan perusahaan ke tangan saya, sebagai pewaris Papa," beneran deh sebenernya Prita grogi banget buat memutuskan ini.
"Duh, lega saya kalau begitu. Sudah ada penyelesaian untuk masalah ini ya, Mbak," Erina pun lega bisa mendapatkan kabar ini.
"Selanjutnya, tolong diatur pertemuan dengan para Manajer untuk pengukuhan ini dan saya mohon Mbak Erina juga bantu saya ya.. karena jujur saja, masih banyak yang saya harus pelajari di sini,"
"Pastinya, Mbak. Saya pasti dukung Mbak Prita untuk bisa meneruskan Boga Mentari. Bapak selama ini sudah banyak membantu saya. Merintis dan mempertahankan perusahaan ini tidak mudah, Mbak. Semoga akan semakin baik ke depannya," harap Erina.
Mereka berdua lalu berbincang panjang mengenai bagaimana kondisi perusahaan. Karena Erina sudah cukup lama menjadi sekretaris Pria, ia sudah tau banyak seluk beluk perusahaan. Dengan mudah Prita bisa mendapat banyak insight dari Erina.
"Mbak, apa Mbak sebelumnya sudah tau kalau Papa menikahi Naira?" Tanya Prita setelah lama mereka berbincang. Pertanyaan ini akhirnya terlontar dari bibir cantik Prita, karena selama perbincangan ia menilai Erina cukup kenal papanya.
"Eh, hmm.. mengenai itu," Erina terbata-bata. Ada keraguan dalam dirinya untuk berbicara mengenai hal yang satu itu.
"Nggak apa, Mbak. Saya dan Mama sudah mengetahui hal itu. Itu juga yang menjadi penyebab papa jatuh dan harus masuk ICU kemarin," bujuk Prita.
"Oh!" Erina terlihat kaget mendengar kabar ini.
"Kalau memang Mbak Erina selama ini sangat mengenal Papa, menurut saya pasti Mbak Erina tau tentang pernikahan itu kan?" Desak Prita.
Erina mulai tersudut. Ia bukannya tidak tau, tapi ada kode etik yang dipegang oleh para sekretaris untuk menjaga rahasia perusahaan dan atasannya.
Saat ini, ia bingung.. setelah ini Prita yang akan menjadi atasannya langsung. Menggantikan posisi Pria yang sudah menjadi atasannya selama kurang lebih 10 tahun.
"Begini, Mbak Prita. Saya serba salah jadinya. Di satu sisi, Bapak sudah menjadi atasan saya selama kurang lebih 10 tahun. Selanjutnya, Mbak Prita sebagai pengganti Bapak, akan menjadi atasan saya. Sebagai seorang sekretaris, kami memiliki kode etik yang harus kami taati,"
"Bukan saya tidak mengetahui hal ini. Tapi menurut saya, akan lebih baik jika Mbak Prita mengetahuinya langsung dari Bapak. Apalagi ini ranah pribadi, Mbak. Bukan kewenangan saya untuk berbicara mengenai hal ini. Mohon maaf, Mbak," jelas Erina.
"Hmm.. saya mengerti. Jadi Mbak Erina tau ya. Okeh, saya nggak bahas ini lebih lanjut saat ini. Tolong fokus pada pertemuan dengan jajaran Manajer untuk saat ini,"
"Fokus saya akan lebih besar di sini, sementara saya juga masih pegang Blast Image. Jadi saya akan banyak mondar-mandir atau jika terpaksa, saya harus menjalankan Blast dari sini," jelasnya tegas.
Meski Prita terlahir sebagai anak tunggal, tapi Prita bukan tipe wanita manja yang hanya bergantung pada harta papanya. Kharisma seorang pemimpin sudah ia miliki, bahkan sejak di bangku sekolah yang diasahnya dengan mengikuti banyak organisasi kesiswaan.
Itulah juga yang membuat ia berani merintis bisnisnya sendiri dan terbukti hingga saat ini berjalan dengan baik.
"Dimengerti, Mbak. Mungkin nanti saya akan banyak berkoordinasi dengan tim dari Blast Image. Baik. Saya lanjut untuk persiapan pertemuan jajaran Manajer, Mbak," lanjut Erina.
Prita pun mengangguk. Ia akan berada di ruangan ini sesaat, sebelum besok memulai hari-harinya di sini.
Membuka aplikasi chat hijau
Prita:
Hai, Love..Busy today?
Menunggu balasan dari kekasihnya, Prita menangkap satu bingkai foto di atas meja kerja papanya. Foto Papa Pria, Mama Shinta dan Prita saat Prita diwisuda.
Ah, masa-masa itu.. momen dimana ia merasa sangat-sangat terberkati. Memiliki semuanya, keluarga dan teman yang menyayanginya.
Andra:
A bit, Baby..Missing me?
Prita:
Much! Nanti malam, dinner?
Andra langsung menelpon Prita.
"Love to, Baby.. maaf hari ini nggak banyak kasih kabar. Ada beberapa meeting to attend,"
"It's ok, Love. Capek ya?"
"Kangen! Kalo ketemu kamu, capeknya pasti langsung ilang," sahut Andra manja. Denny yang ada di ruangan Andra, takjub sampe matanya melotot.
"Ngomong sama siapa nih pak boss. Bisa beda gini nadanya??!!" batin Denny trus malah senyum-senyum kepo. Haha!
"Gombal, Mas-nya," goda Prita.
"I'll cook you dinner, mau?" gini-gini Prita jago masak lho. Karena sempet kuliah di Aussie, yang mengharuskan Prita hidup mandiri di dormnya, Prita jadi sering coba-coba masak sendiri.
"Mau banget! At my place, please. Aku jemput kamu?"
"Boleh.. Aku di SCBD,"
"SCBD? Meeting?" Tanya Andra.
"Nope.. Boga Mentari," Prita lupa kalau belum kasih kabar hari ini dia ke kantor papanya.
"I see.. pick you up at 6? Kamu nggak bawa mobil kan?"
"Nggak. Aku sama Pak Roni seharian ini. Aku tunggu ya. Biar Pak Roni aku suruh pulang aja," sahut Prita.
Post a Comment