[Novel] GCCEO - 18 - Pulang Kemana?

Malam itu menjadi salah satu malam yang merekatkan kedekatan antara Andra dan Prita. 

Meski usia perkenalan mereka masihlah seumur jagung, tetapi entah kenapa perasaan mereka dapat cepat sekali bertaut. 

Foto: Pinterest


Prita yang membutuhkan rasa nyaman dan aman setelah dikecewakan oleh ayahnya. Sedangkan Andra yang membutuhkan sosok Prita sebagai seseorang yang membuatnya lebih hangat. 

Bersama Prita, Andra yang sebelumnya sulit sekali tertarik pada wanita, kini menjadi lebih fleksibel. 

Andra senang, Prita seperti membawa makna baru dalam hidupnya. Ia yang biasanya selalu merasa curiga dengan alasan kenapa wanita selalu berlomba-lomba mendekatinya. Dengan Prita, Andra merasakan ketulusan. 

Mungkin karena dengan cepat Prita bisa begitu dekat dan menunjukkan siapa dirinya sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi dalam diri Prita. 

Bahkan wanita itu memperlihatkan sosoknya yang rapuh, sisi lain dirinya yang terlihat kuat, mandiri dan pintar.

"Antar aku pulang," pinta Prita setelah melihat waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. 

"Kamu boleh nginep kok," jawab Andra yang masih belum rela melepaskan pelukannya. 

***

Boga Mentari - SCBD

Pagi ini, rapat besar Direksi akan mengukuhkan Prita sebagai pengganti Pria di Boga Mentari. Prita akan menjadi CEO, pucuk pimpinan yang berwenang mengambil keputusan strategis tingkat tinggi dan mengarah pada pertumbuhan perusahaan dalam skala besar. 

Terhitung mulai hari ini, Prita akan memegang peranan penting di Boga Mentari yang sudah dirintis oleh Papanya sejak lama. Bukan sebuah perusahaan kecil, karena perusahaan ini pun sudah dikenal di seluruh Indonesia dan sedang merambah untuk ekspor ke Asia.

"Selamat, Bu Prita. Gadis kecil yang dulu sering kami gendong-gendong, sekarang malah jadi pucuk pimpinan di perusahaan ini, " ujar Pak Leo yang merupakan sahabat sekaligus pemegang saham di Boga Mentari.

"Jangan gitu, Oom. Panggil aku Prita saja, seperti biasa. Aku jadi canggung dipanggil 'Bu'," sahut Prita.

"Sukses ya, Bu Prita. Semoga Boga Mentari semakin berkembang di tangan Anda," timpal Pak Dipta, Manajer Distribusi yang sudah mengabdikan diri di Boga Mentari sejak tahun 2000.

Prita pun diperkenalkan kepada seluruh karyawan menggunakan video perkenalan yang dikirimkan langsung ke email internal perusahaan, sambil menunggu acara perkenalan yang akan diadakan akhir pekan ini.

Hingga jam makan siang selesai, Prita disibukkan dengan acara ramah tamah bersama para pemegang saham dan jajaran manajer. Beberapa kepala cabang juga ada yang hadir, terutama cabang-cabang yang sedang memiliki project besar.

Kembali ke ruangannya, terlihat ada flower arrangement bunga mawar dengan gradasi warna merah, pink dan putih. Terlihat cantik di meja kerja Prita sebagai centre point ruangan. Membuat ruangan bergaya modern dan clean ini menjadi lebih berwarna dan hidup.

"Ruangan ini terlihat terlalu kaku, karena Papa tidak memberikan sentuhan feminin, di sini," gumam Prita.

"Tapi bunga ini, menimbulkan ide untukku sedikit melakukan dekorasi ulang. Dari siapa ini?" pikirnya.

"Bu, ini tadi kiriman dari Bapak Andra. Ada kartu di bunganya," info Erina memasuki ruangan Prita yang pintunya tidak tertutup.

"Ooh.. OK. Terima kasih, Mbak Erina," Prita masih agak canggung dengan panggilan 'Mbak' kepada Erina. Sementara Erina sendiri sudah merubah panggilan kepadanya menjadi 'Ibu'.

"Ibu tidak usah panggil saya dengan sebutan 'Mbak'. Cukup panggil nama saja. Masa Ibu CEO manggil sekretarisnya, Mbak," ujar Erina sambil bercanda.

"Hehe... Ok, Erin. Is that okay?"

"OK, Bu," jawab Erina seraya memberikan jempol ke arah Prita.

"Oya, btw, nanti akan ada Nadine, Lola dan Theo dari Blast Image di jam 3. Tolong kosongkan jadwal jam segitu dan persilahkan mereka masuk ke ruangan saya. Meeting kecil di sini saja," titah Prita.

"Baik, Bu," Erina kembali menuju ruangannya, menutup pintu ruangan Prita dan membiarkan CEO barunya itu beristirahat sejenak.

Grup Chat 'Genk Gong'

Prita:
Nanti kita jam 3 ya. Jangan lupa, Guys. Ijin dulu sama Mas Erwin. Nanti dia nyariin.

Theo:
Mau dibawain jajanan apa, Bu CEO kinyis-kinyis?

Lola:
Kopi mungkin? Atau chocolate cake, martabak, roti sosis kesukaan loe?

Nadine:
Prit, gue udah email list klien tahun ini, proyek berjalan dan rencananya. Udah gue pisah-pisahin juga nih ke akun masing-masing. Nanti tolong dicek lebih lanjut lagi ya.

Prita:
Siip, Nad. Thank you.

Lola:
Nanti aja kaleeee.. sampe sana baru ngomongin itu.

Nadine:
Keburu lupa :p

Prita:
See you, all!

Sepagian ini begitu sibuk, Prita sampai lupa berkabar ke Andra. Meraih kartu yang terselip di karangan bunga cantik yang diletakkan di mejanya, "Congratulation My Sweet and Dearest CEO, huge success ahead! Love, Andra"

Prita:
Thank you for the flowers, Love. Bener-bener bikin ruangan aku jadi lebih girly deh <3

Tring!

Nggak perlu lama kayaknya buat Prita nunggu balasan dari Andra. Sebenernya Andra udah mau telpon Prita dari tadi, cuma dia tau Prita pasti sibuk. Jadi sepagian ini, Andra nungguin telpon atau chat dari Prita.

Andra:
Hey, My CEO Baby! Kangen kamu bangett... ngeet.. ngeett.. Like A LOT! Sibuk banget ya sepagian ini, Love? Aku nggak berani ganggu ah.

Prita:
Kangen kamu juga.. buanyak :* Jangan gitu doong, aku suka kok kamu gangguin.

Andra:
Yakin?

Prita:
Yakin, Mas...

Andra:
Ooh.. Mas ya..??!! Siap-siap lah. Aku jemput kamu nanti ya?

Prita:
Can't wait... *kiss! Andra jadi senyum-senyum sendiri kalo udah texting sama Prita nih.

***

Menara DCI

"Pak, ini info detail tentang Naira dan Jihan yang kemarin Bapak minta," Denny masuk ke ruangan Andra.

"Ok. Terima kasih, Den," sahutnya lalu membuka data yang diberikan oleh Denny tentang Naira.

Andra mencermati setiap detail yang diberikan. Menjadi informasi yang ia akan pergunakan mungkin di kemudian hari untuk membantu kekasihnya. Ia pergunakan info ini sebagai kartu AS jika Naira berani bertindak macam-macam ke Prita dan Shinta.

Untuk saat ini, selama masih bisa tertangani, Andra tidak akan mengeluarkan kartu AS ini.

***

RS Medistra

"Bu, kondisi Bapak sudah mulai stabil. Kita lihat perkembangan sehari lagi, kalau besok tidak ada perubahan, sore Bapak sudah bisa pulang," info dr. Ares seharusnya bisa membuat lega hati Shinta.

"Pulang... pulang kemana?" batin Shinta.

"Selanjutnya, Bapak harus menjalani terapi sesuai jadwal ya, Bu. Supaya otot dan tulang Bapak tidak kaku dan terlatih, biar bisa digunakan beraktivitas normal seperti sedia kala," sambung dokter dengan wajah seriusnya.

"Dok, ada yang perlu dijadikan catatan? Seperti makanan atau jadwal cek kesehatan lagi?" tanya Shinta lebih detail.

"Nanti perawat yang akan memberikan surat pengantar pulang akan memberikan beberapa catatan khusus untuk penderita stroke, Bu. Yang perlu saya ingatkan, jaga agar secara pikiran Bapak juga dijaga, Bu. Jangan banyak pikiran, apalagi kalau sampai stres," pesan dr. Ares.

"Hmm... pikiran?" batin Shinta lagi.

Setelah menjelaskan panjang lebar, dokter Ares pun meninggalkan kamar rawat Pria. Meninggalkan Shinta yang kini bingung harus bagaimana dengan sang suami.

"Mas," panggil Shinta.

"Pa.. pa," semenjak kejadian kemarin, Shinta tak lagi memanggil Pria dengan sebutan 'Pa'. Ia kini lebih nyaman memanggilnya 'Mas'.

"Dokter bilang kalau besok kondisi Mas sudah stabil, Mas sudah bisa pulang," jelas Shinta di samping ranjang Pria.

"Pa..pa," Pria ingin Shinta memanggilnya 'Papa' seperti dulu.

"Ma.. af, Ma," hanya itu yang diucapkan Pria semenjak dirinya siuman tiga hari yang lalu. Pria sulit untuk berbicara, sementara banyak sekali yang perlu ia sampaikan kepada Shinta. Untuk menulis pun sulit karena tubuh Pria kaku tapi tanpa tenaga.

Shinta lalu membetulkan posisi duduk Pria, merapihkan selimut dan menutup pagar ranjang. Menjaganya dari sofa yang berjarak kurang lebih satu meter dan baru akan mendekat jika dirasa Pria membutuhkan sesuatu.

No comments