[Novel] GCCEO - 20 - Sibuk

Boga Mentari - SCBD

"Bu Prita, ini laporan keuangan 3 bulan terakhir yang Ibu minta," Erina menyodorkan laporan ke meja Erina di pagi hari ini.

"Juga untuk perencanaan acara perkenalan dengan seluruh karyawan dan klien di hari Jumat malam, Bu," tambah Erina.

"Ok, nanti saya cek. Jam 10, tolong panggil Pak Andre, Marketing ya. Saya perlu bicara dengan timnya," titah Prita.



Erina pun keluar ruangan Prita, mengerjakan beberapa tugas yang baru dititahkan.

iPhone Prita berdering, di layarnya tertulis, "Erwin - Blast"

"Yess, Mas Erwin!" seru Prita mengangkat panggilan telpon Erwin.

"Prita, aku baru terima laporan hasil meeting mau kemarin sama Nadine, Lola dan Theo. Ada beberapa hal yang mau aku tanyakan,"

"Silahkan, Mas,"

"Tapi kayaknya nggak enak kalo ngobrol lewat telpon. Makan siang bareng, mau?" tanya Erwin.

"Aku cari yang deket-deket sana deh biar kamu nggak kejauhan," tambahnya.

"Hmm... gue usahain ya, Mas. Bisa sih, tapi kayaknya agak telat, gimana?" karena nanti gue masih ada koordinasi dengan bagian Marketing, takutnya sampai di lokasi nggak tepat jam 12 aja.

"Nggak apa, Prita. Nanti aku chat ya, reservasinya,"

***

Kila Kila by Akasya

"Prita," panggil Erwin di satu sudut resto yang menyajikan hidangan Indonesia.

Prita pun segera menghampiri.

Rupanya Erwin sudah memesan beberapa makanan yang merupakan makanan favorit Prita, Rawon Iga Komplit, Jamur Goreng telur Asin dan Ice Honey Lemon Citrus.

"Kamu belum makan siang, kan? Aku udah pesenin favorit kamu nih," sambut Erwin.

Mereka pun tampak menikmati hidangan dengan pembicaraan serius mengenai yang terjadi di Blast selama Prita sudah disibukkan dengan kegiatan di Boga Mentari.

Sesekali mereka juga tertawa, karena pasti ada aja kejadian lucu di kantor yang seru untuk diceritakan.

Ketika mereka sedang asik makan, di penghujung jam makan siang, seorang pria menghampiri meja dan menyapa, "Selamat makan, Bu Prita."

Prita yang sedang asik menikmati dessert-nya, serabi kinca, lalu mengangkat kepala dan melihat arah suara.



"Pak Andra," sahut Prita lalu berdiri dan mencium pipi kanan dan kiri Andra.

"Andra?" gumam Erwin.

"Mas Erwin, kenalin.. ini Andra Diningrat untuk Diningrat Corporate Indonesia. Kapan-kapan perlu nih ketemuan untuk kenalin Blast Image ke DCI, boleh kan, Pak?" tutur Prita dengan nada formal yang terdengar sopan.

Andra merasa sedikit aneh dengan cara bicara Prita yang sangat formal.

Erwin lalu menjabat tangan Andra sebagai perkenalan diri. Ia juga menyerahkan kartu nama kepada Andra, "jika berkenan, nanti saya akan menghubungi sekretaris Bapak untuk bikin janji, Pak," tutur Erwin.

"Ok," hanya itu yang terucap sambil terus menatap ke arah Erwin. Memindai penampilan Erwin secara detail lalu melempar tatapan ke Prita.

"Baik, kalau begitu silahkan lanjutkan. Saya duluan," Andra pun sedikit mengangguk ke arah Prita lalu beranjak keluar resto. Di meja kasir, Denny sudah menunggu bersama beberapa pria yang mungkin adalah kolega Andra.

***

Boga Mentari - SCBD

Sesampainya kembali di kantor, Prita kembali disibukkan dengan laporan yang harus ia telaah satu persatu untuk mengenal lebih dalam perusahaan milik papanya.

Tring!

Andra:
That was Erwin... The Erwin?

Karena Prita memang sedang konsentrasi dengan laporan yang ada di hadapannya, 5 menit kemudian ia baru membalas chat Andra.

Prita:
Yup

Singkat, tidak seperti biasanya Prita membalas pesan Andra. Lengkap dengan panggilan sayang atau kalimat menggoda lainnya.

Andra:
Makan apa tadi di sana?

Prita sudah terlanjur kembali menekuni Macbook-nya. Notifikasi chat pun tidak ia gubris.

Sepuluh hingga hampir tiga puluh menit, Prita masih belum balas chat, Andra pun meneleponnya.

"Sibuk?" tanya Andra dengan nada serius.

"Kind of. Miss me, Love?" dari suara Prita yang terdengar berat, Andra tau wanitanya ini pasti lagi pusing.

Tapi rasa penasarannya lebih mendominasinya saat ini.

"Aku text belum dibalas,"

"Oh ya?" Prita pun membuka aplikasi chat hijau dan baru menyadari hal itu.

Bersamaan dengan itu, Erina masuk ke ruangan Prita dengan segelas es kopi di tangannya. Memberikan kode untuk meletakkan kopi di atas meja, Prita mengenakan AirPods agar geraknya lebih leluasa sambil menerima panggilan telepon.

"Maaf, Andra.. aku baru lihat," karena ada Erina, Prita memanggil Andra tanpa panggilan sayangnya. Agak tengsin, shaaay... Jaga image lah bu CEO yang masih bocil ini, yekaaan.

Ternyata hal kecil ini membuat Andra kesal.

"Tadi makan siang cuma berdua Erwin. Trus di-chat, nggak dibalas. Sekarang telponan juga cuma panggil nama," batin Andra.

"Ok, aku tutup. Sorry ganggu ya," Andra langsung memutus sambungan teleponnya. Membuat Prita bengong, nggak ngerti kenapa Andra kayak gitu.

Ia kembali melanjutkan membaca laporan sambil menyeruput es kopi favoritnya, Chocopresso.

Lima menit kemudian iPhone-nya kembali berdering. Ia mengira, Andra kembali menghubunginya. Dengan menyentuh AirPod-nya, "Love, masih kangen?".

"Mama juga dikangenin dong, Priiittt,"

Ternyata bukan Andra, tapi Mama Shinta yang menghubunginya.

"Eh Mama... Mama di mana?" sahut Prita sambil tersenyum, melemparkan pandang ke jendela yang ternyata hari sudah hampir sore.

"Mama di Medistra. Papa nanti sore udah boleh pulang, Prit," setelah observasi sehari oleh dokter dan kondisi Pria sudah lumayan stabil, Pria diperbolehkan pulang dan melakukan perawatan serta terapi sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh dokter dan perawat.

"Ooh," hanya itu yang keluar dari bibir Prita.

"Kamu nggak mau jemput Papa?" tanya Shinta.

"Ma.. Prita boleh tanya nggak?"

"Boleh," jawab Shinta yang agak deg-degan Prita bertanya seperti itu.

"Mama masih mau terima Papa? Papa udah punya istri lagi, Ma.. biar dia dirawat sama istri barunya aja,"

Degh!

Jantung Shinta tambah deg-degan mendengar kalimat Prita.

"Prit, Papa mau pulang ke rumah kita,"

"Trus gimana dengan istri dan anaknya?"

"Untuk sementara ini, boleh nggak kita nggak usah ngomongin itu dulu. Kita fokus untuk kesembuhan Papa dulu, gimana?" pinta Shinta dengan suara sedikit bergetar.

Mengerti bahwa masalah ini membuat hati mamanya sedih, Prita pun mengiyakan permintaan mamanya.

"Jam berapa Mama mau bawa Papa pulang?"

"Sekitar jam 6, setelah beresin semua administrasinya. Mama boleh minta tolong Erina untuk urusin nggak, Prit?"

"Oh OK.. sebentar Erina ke sana ya. Aku nanti jam 5-an dari kantor, Ma," ujar Prita mengakhiri sambungan telponnya.

"Ngapain sih Papa mesti pulang ke rumah kita? Dia kan udah ada istrinya. Mestinya suruh perempuan itu aja buat ngurus papa. Jangan mau enaknya aja," batin Prita.

***

RS Medistra

"Administrasi sudah diselesaikan, Bu. Bapak sudah bisa pulang," ujar Erina memberikan laporan kepada Shinta mengenai penyelesaian biaya perawatan.

"Saya tunggu Prita, sudah OTW katanya. Terima kasih ya, Erina," sahut Shinta.

"Masih ada yang perlu dibantu, Bu?" tanya Erina.

"Nggak sih. Kalau kamu mau pulang, boleh kok. Kasian si kecil, pasti udah nungguin mamanya pulang ya," jawab Shinta yang tau kalau Erina pasti sudah ditunggu pulang oleh putri kecilnya di rumah.

"Baik, Bu.. terima kasih. Saya pamit, Bu.. Mudah-mudahan Bapak bisa segera pulih," pamit Erina.

Shinta mengangguk sambil mengelus pundak Erina, "saya yang terima kasih, kamu sudah banyak membantu kami."

Erina pun keluar dari kamar VIP.

Tak lama setelahnya, Prita sampai, menjemput mama dan papanya.

Di kamar juga sudah ada Mbok Minah yang memang didatangkan untuk membantu membereskan barang bawaan dari rumah sakit.

"Mbok... Mama mana?" tanya Prita yang nggak menemukan mamanya di kamar.

"Ibu lagi di toilet, Non," sahut Mbok Minah.

Prita lalu berjalan mendekat ke ranjang. Papanya masih terbaring, "Prit.. pu..lang"

"Iya, Pa. Tunggu mama masih di toilet." jawab Prita.

"Te..bet.." Pria masih mencoba untuk bicara dengan Prita.

Bareng dengan mamanya yang keluar dari toilet, "Prit...".

"Ma.." Prita pun membalikkan badannya ke arah sang mama.

"Prit, mama sudah sewa satu orang perawat dan mengatur satu kamar untuk papa, supaya nyaman nanti di rumah. Beberapa peralatan juga sudah dipesan untuk dipasang besok di rumah. Untuk jaga-jaga aja," Mama ternyata sudah mempersiapkan kepulangan papa. Sementara dirinya sibuk mengurus Boga Mentari.

"Ok. Semua udah beres kan?" tanya Prita yang udah mau buru-buru pulang karena males kalo harus bahas-bahas hal yang menurutnya bikin sakit hati.

Tega nggak tega, rela nggak rela... Prita nggak lagi bisa menerima kehadiran papanya karena sudah ada Naira di tengah-tengah mereka.



Semua yang berhubungan dengan papanya kini menjadi terasa beban di benak Prita. Apalagi urusan papanya dengan Naira dan Jihan.

Keluar dari kamar VIP, Prita mendorong kursi roda Pria dan Shinta berjalan di belakang Prita, sementara Mbok Minah membukakan pintu untuk tuannya.

"Mas..." Naira sudah berdiri di hadapan Prita dan juga papanya.

No comments