[Novel] GCCEO - 05 - Keselek Wasabi!

"Kita ke katsutoku aja gimana? Lagi pengen yang Jepang-jepangan nih," usul Prita.

"Yuk lah, gue kabarin yang lain juga ya," sahut Rio. Mereka pun langsung menuju Katsutoku di basement Plaza Senayan.

Devan rupanya udah sampai duluan nih di Katsutoku.

"Weits.. cepet bener udah sampe, Bro. Terbang?" sapa Rio yang kemudian langsung menarik kursi dan mempersilahkan Lola untuk duduk. Sementara cowok tengil itu duduk di sebelahnya.

Devan yang melihat tingkah Rio langsung geleng-geleng. "Beneran nyosor nih anak," gumam Devan.

Yang lain, menghambur duduk di kursi random yang paling dekat dengan mereka setelah masing-masing 'toss' dengan Devan.

"Yuk, pesen deh. Tolong pesenin gue Katsu-nya yang satu set ya, Nad," titah Prita.

Comfort Japanese Food-nya Prita
Photo: Pinterest

Emang udah biasa banget, kalo acara makan-makan gini, yang sibuk ngumpulin dan nyatet pesanan ya pasti Nadine lah.

Masing-masing milih menu kesukaannya. Sambil menunggu pesanan, mereka mulai ngobrol.

"Btw, Yo... makasih banget ya udah dibantuin tadi. Kayaknya emang lagi banyak event deh, jadi cadangan fotografer kita juga lagi pada full jadwalnya," ujar Prita.

"My pleasure, Bu Prita. Gue yang seneng malah udah bisa bantuin kalian. Btw, bayarnya nggak cuma ditraktir di sini aja kan?" tanya Rio dengan muka sok serius.

"Ya nggak laaah, tega amat gue. Hahaha..." jawab Prita.

"Theo, nanti tolong deal-deal-an harga sama Rio ya. Jadi, Yo... Theo ini bagian keuangan kita. Jadi kalo loe mau nagih fee, sama Theo ya," lanjut Prita.

"Siap, Bos. Management fee nya 5% ya, Bro!" canda Theo.

Lagi seru gitu, Irrdi dateng dan langsung ngecup pipi Nadine.

Loh... Rio sama Devan langsung kaget, "Siapa nih cowok main nyosor aja." Batin mereka.

Nadine jadi nggak enak diliatin sama dua cowok di depannya, sementara Irrdi juga jadi canggung karena ternyata ada dua orang yang belum ia kenal.

"Eh, kenalin nih. Cowok gue, Irrdi. Sayang... ini Rio, ini Devan.. yang kemarin kita cerita ketemu cowok-cowok di Singapur," tutur Nadine sambil berdiri dan mengarahkan tangan ke kedua cowok di depannya.

Irrdi langsung menyambut uluran tangan Rio dan Devan.

"Hai, Irrdi," lanjut Irrdi kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan Nadine di sampingnya.

"Hmm.. kayaknya kemarin kamu bilang ada 3 orang deh. Kok ini cuma dua?" bisik Irrdi di kuping Nadine.

"Nanti yang satu nyusul," jawab Nadine.

Makanan pun satu persatu datang. Lola merapihkan peralatan makan di depan Rio. Pemandangan ini bikin Theo usil, dia langsung nyenggol tangan Prita yang duduk di sebelahnya.

Prita diam-diam motret kejadian itu. Lantas mereka berdua pun tertawa tanpa suara.

Ternyata Devan juga lihat. Lebih jail lagi, Devan langsung berbisik ke Rio, "sosor teruuuuss, jangan sampai lepas, Broooow."

Yang dibisikin malah kesenengan.

Nggak lama ketika mereka mulai makan, Andra datang.

"Malam, udah pada mulai makan ya? Sorry telat ya," sapa Andra di ujung meja.

"Uhuk!" Prita sampai kaget karena nggak melihat kedatangan Andra, tapi tiba-tiba muncul dan menyapa. Ia langsung menoleh ke belakang.

Theo sigap minta tambahan 1 kursi untuk Andra.

"Sebentar ya, Andra... kursinya lagi diambilin," ucap Theo.

"Santai kok, Bro," sahut Andra sambil mengulurkan tangan ke Theo untuk bersalaman.

Dasar Theo, lelaki tomboy, bukannya membalas uluran tangan untuk salaman, dia malah langsung nyosor cipika cipiki ke pipi Andra.

Yang melihat langsung tergelak ramai.

"Duuuuh, Theo. Maafin temen gue yang satu ini ya, Andra. Emang suka ajaib," Prita langsung inisiatif minta maaf sama Andra.

"Nggak papa," jawab Andra tersenyum lalu duduk di kursi yang sudah disediakan di samping Prita.

Karena masing-masing udah sibuk ngobrol dengan teman yang duduknya paling dekat, Prita pun menawarkan menu ke Andra. Nggak mau repot, Andra cuma bilang, "samain aja sama pesenan loe itu, gue juga suka kok."

Setelah pesan makanan untuk Andra, mereka berdua malah jadi kikuk gitu. Karena yang lain udah pada sibuk ngobrolin topik dalam kelompok kecil, mereka ketinggalan pembicaraan.

Sementara Prita juga jadi nggak enak karena kan itungannya dia 'tuan rumah'. Mau cuek kok ya aneh rasanya.

"Macet ya?" Tanya Prita basa-basi.

"Eh nggak kok. Cuma tadi ada yang masih perlu disiapin aja buat besok," jawab Andra sambil senyum.

Kok cakep juga nih cowok kalo diliatin dari deket. Jadi grogi nih gue. - batin Prita sampai nggak sadar, mukanya perlahan memerah.

Lola yang melihat muka sampai kuping Prita merah jadi bingung, "Prit... loe kenapa?"

"Keselek wasabi!" Sahut Prita sekenanya sambil meraih gelas matcha dingin pura-pura menetralisir tengsinnya.

Karena bilang keselek, Andra juga jadi reflek menepuk-nepuk punggung Prita.

Yaaah, makin merah deh nih pipi gue. - Prita tambah deg-degan diperlakukan seperti itu sama Andra.

Obrolan penuh canda pun terus mengalir. Sampai nggak terasa ternyata udah jam 11 malam.

Nadine duluan pamit sama Irrdi karena mereka besok mau staycation bareng keluarga Irrdi, merayakan ulang tahun mamanya Irrdi.

"Have fun ya, Nad.. salam buat Tante Lia dan Oom David," kata Prita waktu Nadine pamitan.

Karena restonya juga udah mau tutup, masing-masing juga beranjak dari duduknya.

Theo nebeng pulang sama Rio yang nganter Lola pulang ke kosnya. Sementara Devan juga pamit karena rumahnya beda arah dengan yang lain.

Tinggal Prita yang masih di tempat karena menyelesaikan pembayaran di kasir.

Karena cuma tinggal Prita sendiri, Andra jadi nungguin Prita selesai dulu.

"Pulang ke daerah mana, Prit?" Tanya Andra.

"Kemang. Elo kemana?" Tanya Prita balik.

"Eh deket... gue ke Prapanca. Bawa mobil?"

"He'eh," sahut Prita sambil memasukkan kartu debit ke dalam dompetnya.

"Gue setirin mobil loe ya, nanti biar supir gue ngikutin dari belakang. Udah malem nih," tawar Andra.

Duuh, ini cowok gentleman banget sik. Jadi pengen senyum terus gini bibir gue. - batin Prita.

"Repot nggak kamunya," sahut Prita.

Eh kok malah jadi keluarnya 'kamu' sik, Priiiittt Priiitt. - batin Prita udah ribut banget kayak komentator bola nih.

"Nggak kok, kan searah," jawab Andra.

Dalam perjalanan, "kita ke mana nih?" tanya Andra.

"St. Moritz, An," jawab Prita.

"Sesuai aplikasi ya, Mbak," canda Andra sambil melirik Prita.

Mendengar kalimat ala supir taksi online keluar dari mulut Andra, Prita kontan melemparkan pandangan. Mata mereka bertemu, lalu bersamaan malah ngabrut.

"Biar kamu nggak ngantuk," tambah Andra.

Eh lho, kaaaan. Andra kenapa juga pake ikut ngomongnya 'kamu-kamu' gitu - batin Prita ge-er.

Untung gelap ya... jadi muka Prita yang memerah lagi, nggak keliatan sama Andra. Beneran nggak ngantuk kalo begini sih ya. Deg-degan banget dada Prita nih.

Supaya sedikit santai, Prita nyalain radio. Tapi karena udah malam ya jadi yang diputar di station radio ya lagu-lagu romantis pengantar tidur gitu deh.

"Kamu itu kerjanya apa ya, Prit?" tanya Andra mencairkan suasana.

"Hmm... aku di Blast Image, PR Agency gitu, An. Bareng juga sama Nadine, Lola dan Theo," jawab Prita mulai santai.

"Oohh, pantes deket banget emang keliatan ya kalian berempat," angguk Andra dengan pandangan fokus ke depan, sesekali melirik gadis manis di sampingnya.

"Aku sama Lola itu teman kuliah. Kalo sama Theo dan Nadine teman SMA. Eh, Nadine malah temenku dari SMP deh. Gilak lama banget ya??!" Karena santai ceriwisnya Prita mulai keluar nih. Andra seneng banget denger Prita ngoceh begitu.

Seru juga nih cewek. Hmmm... mukanya juga manis. Tapi kenapa kemarin di Sg keliatannya jutek banget ya? - Batin Andra.

"Yaaa... tergantung sih kalo mau dibilang lama atau nggaknya," sambung Andra.

"Loh, tergantung apa?" Sahut Prita penasaran maksud Andra.

"Ya aku kan nggak tau kamu sekarang umur berapa. Kalo aku bilang, aku sama Devan dan Rio teman lama... ya karena kita emang udah 20 tahunan main bareng,"

"20 tahun??" Prita melotot ke arah Andra.

"Emang kamu umur berapa sih, padaan?" tanya Prita.

"Kamu umur berapa?" Andra malah balik bertanya.

"Hmmm.. 26 tahun," jawab Prita dengan suara pelan.

Andra langsung melempar pandangan ke arah Prita.

"Awas, Andraaaa.. liatnya ke jalanan dong," seru Prita.

"Kamu masih anak keciiill. Nggak takut dibawa kabur sama Mas-mas gini?" goda Andra.

"Hah? Mas-mas siapa? Kamu? Emang kamu umur berapa, kok mas-mas?" Sahut Prita.

"Hehehehe.. yang pasti jauuuh lebih tua dari kamu,"

"28?" tebak Prita. Andra menggeleng.

"29?" Andra menggeleng lagi.

"30?" Geleng lagi.

"Hah?? Jadi umur kamu berapa?" Paksa Prita dengan suara manja.

"Salah semua. Aku 32 tahun," jawab Andra sambil melirik Prita, ingin lihat ekspresi Prita kayak apa setelah tau umurnya.

Prita terlonjak kaget. "Oh my God... Mas Andra. Maaf yaaa, selama ini aku kurang ajar," ujar Prita seraya menangkupkan dua tangannya di dada.

Andra cuma bisa ketawa, "Prita, kamu lucu."

DEEEGHHHH!!!

Pipi Prita sontak memanas sampai ke telinga. Pasti kalau terang, keliatan banget merah.

No comments