[Novel] GCCEO - 02 - Sampai Jakarta

Bandara Soetta - Tangerang

"Nad, koper gue mana ya.. kok nggak lewat-lewat nih," tanya Prita sambil duduk meluruskan kakinya di troli koper bandara.

Cewek yang satu ini emang suka ajaib kelakuannya. Gayanya tomboy, tapi asik dilihat. Malam ini, Prita mengenakan kaus putih basic yang dipadu dengan blazer gombrong hitam, jogger warna kopi susu, dan keds putih. Tak lupa kacamata hitam bergaya boyish dan headset yang melingkar di lehernya. Rambutnya ia kuncir sederhana membuat kulit putihnya terlihat segar meski tanpa make up. Unik sih gaya Prita untuk ukuran gadis berusia 25 tahun.




"Sabar, Beib... masih antri kali di belakang," sahut Theo yang sibuk menata koper dan plastik belanjaannya di troli.

Geng ini kalo ke Singapura emang seneng banget belanja di bandara Changi. Jadi mereka selalu bela-belain datang lebih awal, supaya bisa keliling-keliling bandara. Lumayan barang-barang duty free nya suka banyak yang diskon dan lucu.

Belum lagi oleh-oleh wajib untuk orang kantor, popcorn Garets dan si kripik kulit ikan Irvins... daripada antri mengular beli di mall, mendingan beli di bandara.
Nadine yang biasanya santai, kalo di Changi juga keliatan banget aslinya. Matanya langsung jelalatan ke counter make up dan parfum.

Setelah hampir 45 menit, koper mereka terkumpul. Maklum aja deh, weekend ini orang Jakarta banyak yang bertandang ke Singapur untuk ketemu Chris Martin. Jadi flight penuh nuh nuh!

"Supir loe jadi jemput ga, Prit?" tanya Lola.

"Bentar, gue telpon dulu ya. Kita ke depan aja dulu deh, biar ga ngehalangin orang jalan juga nih," sahut Prita.

Pak Roni, supir keluarga Daneshwara sudah menunggu di parkiran. Hanya menunggu beberapa menit saja, Velfire putih sudah menghampiri 4 pemuda pemudi yang rame banget kalo udah bareng-bareng.

"Malam, Non Mprit, Neng Lola, Mbak Nadine dan Gan Theo," sapa Pak Roni yang emang udah akrab sama Prita dan temen-temennya ini. Mereka juga bahkan sering bercanda kalau kebetulan bertemu.

"Yooo.. Mister Roni, Ma meeen," sambut Lola menghampiri Pak Roni dengan sedikit melompat dan menjulurkan tangannya ke atas, high five!  

Pak Roni juga nggak kalah seru, langsung menyambut high five ke arah Lola lalu nyengir.




"Nad.. beneran loe nggak bareng kita nih?" Tanya Theo.

"Iyaaa... Irrdi udah bentar lagi sampai kok. Paling kena macet antrian di belakang tuh," jawab Nadine yang malam itu dijemput Irrdi, kekasihnya sejak jaman SMA.

"Duuuhh, senengnya yang punya pacar. Kapan giliran kita ya, Lol??" Ucap Prita menggoda Nadine.

"Jomblo karatan mesti di-upgrade dulu kayaknya nih. Biar laku," jawab Lola sambil monyongin bibirnya.

"Heeeyy, biarpun jomblo, tapi kan kita happy. Yakaaaan, Priit?" Sahut Theo.
Selesai memasukkan semua barang bawaan, mobil van mewah itu pun beranjak pergi.

"Daaagghh, Neiiikk," teriak Theo dari kursi depan penumpang.

"Kabarin kalo udah dijemput Irrdi ya," seru Prita.

Nadine menggangguk dan melambaikan tangannya ke arah sahabatnya.

Lima menit kemudian CRV Prestige warna hitam mengkilap berhenti di hadapannya. Irrdi keluar dan membuka bagasi lalu menghampiri Nadine, "maaf macet, Sayang. Yuk!" Ajak Irrdi sambil mendorong koper kecil milik Nadine dan menaruhnya di bagasi.

Nadine:
Gue udah sama Irrdi nih. Kalian pada makan dulu nggak sih?
Nadine mengirim pesan di grup chat yang diberi label "Genk Gong"

Lola:
Naaah, baru mau ngajak. Pertok yuk!

"Sayang, anak-anak ngajakin makan dulu ke Pertok, yuk"

"Boleh... tapi jangan lama-lama ya, Sayang. Aku besok pagi udah ada janji meeting sama klien. Takut telat," jawab cowok ganteng dengan rambut pendek ala pemain basket.

Di Pertok Pondok Indah, seperti biasa... favorit mereka udah pasti sate yang aroma dari asapnya aja seperti udah manggil-manggil dari jauh.

"Hmm... kalo kekenyangan, alamat besok kesiangan nih biasanya si Lola," sindir Prita.

"Nggak gitu juga kaleeeee. Cari lemburan ah. Tabungan gue menipis nih," jawab Lola sambil mengunyah sate ayam dan lontong di mulut mungilnya.

"Makanya, jangan belanja melulu! Pantang lihat diskon sih. Jatah loe dikurangin sama bokap?" Samber Theo.

Tring.. tring..
Notifikasi chat di HP Lola berbunyi.

"Siapa nih malam-malam begini. Jangan-jangan Mas Erwin udah ngasih tugas buat besok nih!" tanya Lola sedikit takut. Mas Erwin adalah kepala Project F&B yang sedang mereka kerjakan.

Empat anak muda ini emang kerja di sebuah perusahaan Public Relation rintisan. Sebenarnya, ini adalah perusahaan kecil rintisan yang digagas dan dimodalin oleh Mas Erwin Hadinata dan Prita 'si gadis tomboy' Daneshwara.

Mas Erwin dulunya adalah kakak tingkat Prita dan Lola di Australia. Pulang ke Indonesia, berbekal dari ilmu yang mereka dapatkan di sana, lalu tercetuslah ide untuk membuka firma Public Relation ini.

Ehm!
Dulunya Prita dan Erwin ini terlibat hubungan asmara. Alias pacaran dan hampir menikah.

Balik lagi ke pesan chat Lola...

Rio:
Sudah pada sampai Jakarta ya? Kabar-kabari dong...

Mata Lola langsung mendelik membaca pesan singkat itu.


"Kenapa, Lol?" tanya Prita yang duduk persis di depan Lola, jadi lihat banget ekspresi kaget Lola barusan.

"Rio nge-chat nih. Nanyain kita udah sampai Jakarta belum?" Sahut Lola.

"Ehm.. bukan kita kali yang ditanyain. Elo, Lol... ELO!!" Samber Theo.

"Jieeeeeeeeeeeee...." Prita dan Nadine langsung ikutan ngeledek Lola.
Yang diledek cuma senyum-senyum aja.

"Buktinya dia cuma chat ke elo aja kan? Nggak ke gue, ke Nadine kek atau ke Prita, kalo nanyanya 'kita'. Yakaaaan?" cecar Theo.

"Kayaknya kaki gue yang diinjek deh. Sepatu gue penyok, jempol gue nyut-nyutan, kenapa loe yang ditanyain udah sampe jakarta atau belum? Dia nggak khawatir sama keadaan kaki gue?" Prita pura-pura ketus, menggoda Lola yang wajahnya mulai merah.

Semua langsung ngabrut, ngakak brutal. Theo bahkan sampe tersedak. Nadine yang paling peka di antara lainnya, menyodorkan es teh manis untuk Theo.

"Thank you, Darling," ujar Theo mengambil gelas teh.

Sementara Irrdi yang nggak ikutan ke Singapur masih bengong mencoba nyambungin obrolan 4 orang rusuh ini.

"Sayang, siapa sih yang chat Lola?" Bisik Irrdi mendekatkan wajahnya ke telinga Nadine.

Theo menangkap pertanyaan Irrdi ke Nadine.

"Irrdi, gue bukan si sayang... tapi gue bantu ceritain ya," sahut Theo yang emang dasar tukang rumpi. Paling senang deh kalo urusan begini. Dia yang paling rame.

Berceritalah Theo tentang perkenalan mereka dengan 3 jejaka di Singapura.

"Naaah, kayaknya Rio itu emang udah ngelirik Lola dari kita jalan ke pintu keluar, Prit," ujar Leo menutup cerita.

"Gue tauuuuu," sahut Prita yang lagi sibuk mengaduk es teh manisnya.
Irrdi pun akhirnya mendapatkan cerita lengkap dari saksi mata yang ikut menyaksikan percikan asmara di Singapur.

"Naaaah, kalo Theo yang cerita, jadi seru kan. Kamu pasti bisa bayangin kejadian benernya seperti apa, Sayang," ucap Nadine.

"Maaf ya, aku nggak jadi ikut kemarin. Eh, tapi kamu ga dikecengin juga kan sama salah satu dari mereka itu?" tanya Irrdi yang sebenernya penasaran sama muka-mukanya 3 jejaka yang diceritakan.

Theo pun memperlihatkan foto mereka yang sedang menikmati malam di Enak Enak Hongkong Resto.

Memperhatikan satu persatu cowok yamg dimaksud, Irrdi lalu menunjuk satu orang.

"Guys, kalian nggak pada ngeh ya siapa laki-laki ini??" Ujar Irrdi sambil menunjuk ke satu lelaki yang ada di foto.

"Hmm.. siapa namanya. Agak lupa dikit deh, gue. Abis anaknya kalem banget sih. Cenderung kaku malah... kayak keset 'welcome' yang depan gedung gitu," sahut Theo.

"Hush!" Timpal Irrdi.

"Namanya Andra," sambung Nadine si kalem yang paling peka dan ternyata ingatannya paling tajam di antara mereka berempat.

"Emang dia siapa?" tanya Prita.


No comments