[Novel] GCCEO - 03 - Siapa Dia?
"Namanya Andra," sambung Nadine si kalem yang paling peka dan ternyata ingatannya paling tajam di antara mereka berempat.
"Kalian tahu keluarga Diningrat yang masuk dalam list Crazy Rich Asia dari Indonesia?" ujar Irrdi yang sehari-harinya bekerja sebagai akuntan di salah satu grup retail besar di Indonesia.
"Trus dia ini siapanya? Please deh Irrdi cepetan, jangan bikin kita penasaran," perintah Theo.
Sementara Lola sibuk mengetik pesan balasan untuk Rio.
Lola:
Udah nih. Kita lagi makan di Pondok Indah. Kalian masih di sana sampai kapan, jadinya?
Udah nih. Kita lagi makan di Pondok Indah. Kalian masih di sana sampai kapan, jadinya?
Nggak lama, Rio pun membalas pesannya.
"Ini cowok emang lagi nggak ada kerjaan, apa emang nungguin balasan gue ya," batin Lola.
Rio:
Selasa kita pulang. Besok Andra kebetulan ada meeting sama kliennya. Selasa siang kita sampai Jakarta.
Selasa kita pulang. Besok Andra kebetulan ada meeting sama kliennya. Selasa siang kita sampai Jakarta.
Hmm..
Jawabannya detail banget. Kayaknya sebentar lagi ngajakin ketemuan nih.
Lola udah mulai senyam-senyum sendiri nih menatap layar iPhone 14 nya.
Jawabannya detail banget. Kayaknya sebentar lagi ngajakin ketemuan nih.
Lola udah mulai senyam-senyum sendiri nih menatap layar iPhone 14 nya.
"Gini, gini... yang loe tunjukin tadi itu Andra kan. Kalo emang bener nih gue ya... si Andra ini adalah cucu keluarga Diningrat. Kakeknya, Bima Diningrat itu crazy rich, shaaay," jelas Irrdi.
DHUAAARRR!
Seketika gerakan mengunyah berjamaah di meja itu berhenti. Mereka mendelik melempar pandang satu sama lain.
"Pantes aja nonton Coldplay nginepnya di Kempinski Capitol. Ck..ck..ck.." Lola seperti tersadar dari melongonya.
"Kelihatan sih dari gaya mereka. Kayak bukan dari kalangan sembarangan," tambah Nadine.
"hmm... kalo dipikir-pikir iya juga. Outfit-nya aja pada keren-keren, branded pulak dari kepala sampe kaki," si cowok biang fashion satu ini juga mengingat-ngingat kejadian malam itu.
"Hmm... dia pegang perusahaan apa tuh? Bisa tolong cari info nggak, Di? Lumayan buat prospek klien nih," lanjut Prita yang dari tadi diam aja, ternyata udah mikirin cuan nih anak satu. Founder firma emang pasti beda pikirannya nih.
"Banyaaaak, Prit. Nanti gue share ke elo deh," jawab Irrdi.
"Udah malem nih. Yuk ah, Sayang... kita duluan aja. Sorry, Guys. Besok gue ada meeting pagi-pagi banget," pamit Irrdi yang diikuti oleh Nadine, beranjak dari kursi dan melambaikan tangan ke teman-temannya.
Singapura
Senin pagi, Andra sudah bangun dan bersiap-siap dengan setelan rapihnya.
"Meeting jam berapa, Bro? Jam segini udah ganteng aja loe," Devan yang baru keluar dari kamarnya agak kaget melihat Andra sudah sedang mengancing lengan kemejanya dengan laptop sudah terbuka di hadapannya.
"Jam 10, gue tinggal nunggu Denny. Mana nih anak nggak dateng-dateng," sahut Andra.
"Nggak diangkat pulak telponnya," sambung Andra yang kelihatan mulai senewen.
Denny adalah asisten kepercayaan Andra yang diutus oleh Bima, kakek Andra, untuk membantu pekerjaan Andra di perusahaan.
Denny adalah asisten kepercayaan Andra yang diutus oleh Bima, kakek Andra, untuk membantu pekerjaan Andra di perusahaan.
Sudah 4 tahun, Andra menduduki posisi CEO di perusahaan turun temurun keluarga Diningrat. Beberapa bidang usaha, seperti pusat perbelanjaan, retail fashion dan beberapa brand F&B juga ada di bawah grup besar keluarga Diningrat.
Meeting kali ini pun, Andra sedang mengusahakan untuk kerjasama dengan satu brand cemilan yang akan ia ambil hak distribusinya untuk di Indonesia.
Ting Tong
Bel presidential Suite The Capitol berbunyi.
Bel presidential Suite The Capitol berbunyi.
Devan yang sedang berdiri tidak jauh pun membuka pintu.
"Sarapan datang nih, Bro,"
Petugas hotel pun masuk mendorong kereta berisi aneka menu sarapan untuk ditata di meja makan.
"Duh, kirain si Denny," jawab Andra.
"Masih jam 8, Bro. Sarapan aja dulu, biar perut nggak keroncongan. Malu nanti ketemu klien perutnya bunyi tuh," Devan nyeletuk sambil juga membuka laptop, melihat apakah sudah ada pekerjaan yang menunggunya.
Kalau Andra meneruskan perusahaan keluarga, Devan sendiri memiliki firma yang begerak di bidang interior. Ia sendiri seorang sarjana desain interior yang sudah menangani banyak proyek besar, seperti apartemen dan hotel-hotel di kota besar Indonesia.
"Tiket untuk besok udah aman kan, Bro?" tanya Devan.
"Sudah dong, hari ini diurus lagi sama Tasha dari Jakarta," sahut Andra.
"Titip salam untuk Tasha ya kalo loe telponan sama dia. Kenapa dia nggak ikut ke sini sih? Kenapa Denny lagi... Denny lagi yang ikut," timpal Devan.
Tasha itu sekretaris Andra di kantor yang menangani segala urusan administrasi perusahaan. Baru 1 tahun bekerja untuk Andra, tapi selalu saja menarik perhatian dari teman-teman dan klien Andra karena parasnya yang cantik dan ayu. Termasuk Devan yang udah belakangan ini gencar mendekati Tasha.
"Telpon sendiri! Kan udah punya nomor telponnya, nggak usah pake titip-titip salam lah. Gue bukan kurir," sahut Andra ketus.
"Duuuh, kesel nih yeee. Gara-gara senewen nungguin Denny apa karena loe naksir Tasha juga nih?" goda Devan.
Nggak lama, Denny pun datang tergopoh-gopoh membawa berkas yang sekiranya diperlukan untuk meeting pagi ini.
"Sorry, Bos... agak kesiangan. Semalam terjebak antrian panjang di MRT," ucap Denny.
"Ya udah, tolong berkasnya sini dulu. Saya cek dulu deh," sahut Andra.
Mereka pun berangkat menuju Resto di lantai 2, untuk bertemu Mr. Edward Zhang.
Jakarta
Pagi itu, Theo masuk ruangan dengan sapaan khas pagi harinya, "Good morning, fellaws!"
Nadine dan Lola tampak sudah berada di mejanya masing-masing. Sudah sibuk membuka laptop dan mengecek email yang masuk.
Sementara Prita sedang berbincang dengan Erwin di ruangannya. Seperti biasa, Senin pagi jam 10 akan diadakan rapat mingguan untuk koordinasi pekerjaan yang sudah direncanakan di minggu berjalan.
Sebagai perusahaan public relation untuk beberapa produk, jadwal mereka akan sangat padat minggu ini. Sudah ada beberapa acara yang akan digelar dengan segala persiapan.
Lola sendiri sedang menangani satu brand makanan yang akan meluncurkan varian terbarunya minggu ini.
Nadine dengan brand fashion dari Jepang yang akan mengampanyekan topik pelestarian alam dengan produknya.
Sedangkan Theo, cowok manja satu ini menjabat sebagai BOD officer yang menangani segala urusan keuangan di perusahaan ini. Sengaja Prita memilih Theo, selain karena Theo adalah lulusan cum laude majoring management, ia juga sahabatnya sejak jaman SMA. Jadi sudah bisa dipercaya deh kalo untuk pegang urusan keuangan.
Seharian itu, mereka berjibaku dengan segala pekerjaan setelah sebelumnya hura-hura di konser band favorit mereka di Singapura.
Sore hari, "Blok M yuk, kita cobain pop up resto yang baru buka di daerah Melawai situ," ajak Lola.
"Sorry, gue udah janjian sama Irrdi mau nemenin cari kado untuk mamanya ulang tahun lusa," sahut Nadine.
Prita juga kayaknya masih capek banget setelah jingkrak-jingkrak di konser. Jadi udah kepikiran untuk langsung pulang aja ke apartemen.
"Gue juga pulang aja ah, kaki gue masih berasa pegel nih," sahut Prita.
"Loh, gara-gara keinjek Rio kemaren, Prit?" tanya Nadine. Pandangan Lola dan Nadine langsung menuju kaki Prita. Sementara Theo langsung berdiri dari kursinya, juga melihat ke arah Prita.
"Segitunya?" tanya Theo.
"Oooh, nggak nggak... Capek aja kok. Gue mau selonjoran aja sambil Netflix-an. Nerusin series nih, nggak selesai-selesai," jelas Prita.
"Trus loe nggak makan?" tanya Lola.
"Biasaaaa... GoPut aja lah. Males keluar-keluar," sahut Prita sambil mengambil tasnya dari meja Lola.
"Ya udah, gue GoPut-an juga ah di apartemen loe. Ikut nggak loe, Theo?" ajak Lola.
"Yuk," Theo paling semangat kalo ada kumpul-kumpul gini.
Emang dasar jomblo-jomblo, daripada bengong sendiri-sendiri di apartemen dan kamar kosnya. Kan mendingan ngumpul di satu tempat. Bisa sambil ngeghibah shaaay.
Mereka berpisah di parkiran, Nadine jemput Irrdi di kantornya dan Lola bareng Prita naik Mercy GLE 450 warna abu-abu metaliknya.
Theo bawa mobilnya sendiri, HRV gress warna hijau tahi kuda.
Sesampainya di apartemen Prita, ternyata sedang ada Mama Shinta yang datang dengan banyak sekali makanan.
"Wah, kebeneran nih Tante. Tau aja kalo kita kelaparan," yang membuka pintu dan mencium aroma sedap dari pantry.
"Hai.. waaaah, iya ya," sahut Shinta Daneshwara, ibu Prita yang malam itu sengaja datang karena kangen dengan anak semata wayangnya.
Mencium satu persatu pemuda pemudi yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri itu kemudian Shinta mempersilahkan anak-anak ini menyantap banyak makanan di meja.
"Tepat banget nih feeling gue, ngajak kalian ke sini. Kalau nggak ada kalian, meledak perut gue, dipaksa ngabisin ini semua sama Mama," kelakar Prita.
Suasana malam itu sangat akrab. Bercerita tentang perjalanan mereka kemarin ke Singapura.
"Mama kangen tauk, Prita sayang. Kirain kemarin dijemput Pak Roni, mau langsung pulang ke rumah. Taunya langsung ke apartemen," ujar Mama Shinta sedikit merajuk ke Prita.
"Duuh, Mama sayang. Udah malem banget, Mama juga pasti udah tidur deh," jawab Prita sambil memeluk erat mamanya.
Tring!
HP Lola berbunyi. Notifikasi pesan dari aplikasi hijau.
HP Lola berbunyi. Notifikasi pesan dari aplikasi hijau.
Rio:
Hai Lola, lagi Apa? Udah pulang kantor?
Hai Lola, lagi Apa? Udah pulang kantor?
Lola mesem-mesem membaca pesan singkat dari Rio.
"Tuh liat temen loe. Pasti dapet chat dari Rio lagi," ujar Theo curiga.
"Beneran, Lol?" tanya Prita.
Lola cuma mengangguk sambil tersenyum.
"Duh, duuuh... ada yang keinget terus nih," goda Theo.
Ting Tong..
Bel apartemen Prita berbunyi. Prita langsung membuka pintu dan ternyata papanya sudah berdiri di depan pintu.
Bel apartemen Prita berbunyi. Prita langsung membuka pintu dan ternyata papanya sudah berdiri di depan pintu.
"Paaaa," peluk Prita.
"Kangen sama aku atau sama Mama nih?" tanya Prita.
Pria Daneshwara, lelaki paruh baya namun masih terlihat gagah, ayah Prita datang sepulang dari kantornya.
"Kangen anak papa dong. Sekalian juga jemput kanjeng ratu," jawabnya sambil bercanda.
Bisa dibilang Prita beruntung menjadi anak Pria dan Shinta Daneshwara. Meski bukan crazy rich seperti Andra, tapi Pria juga memiliki sebuah bisnis yang cukup besar. Franchise resto besar di Indonesia.
"Jadi gimana kabar putri kecil papa yang jarang banget pulang ke rumah?" tanya Pria.
Yang ditanya malah sudah bergelayut manja ke pelukan, minta digendong manja ke sofa tempat semua berkumpul di ruang tengah.
Prita tinggal di apartemen yang jaraknya tidak jauh dari gedung tempatnya bekerja. Bukannya karena rumah utama keluarga Daneshwara jauh, tetapi karena Prita ingin hidup mandiri.
Tapi kesibukan membuatnya jadi jarang pulang ke rumah orang tuanya.
Post a Comment