Selamat Jalan, Bapak Habibie
Sosok yang (harusnya) sangat menginspirasi buat semua orang Indonesia.
Selalu adeeem lihat Pak Habibie.
Ketika berujar, intonasinya bersemangat, dengan kalimat on point yang bikin kita selalu ingin mengikuti kata per kata.
Karena di dalam setiap kalimat yang beliau lontarkan, selalu sarat akan informasi, petuah dan kisah yang menarik untuk disimak.
Semua dicelotehkan dengan pancaran mata yang berbinar-binar.
Belum lagi senyum yang selalu tersungging di akhir kalimat...
Bikin lawan bicaranya jadi bisa menangkap makna perkataannya dengan sangat positif.
Pintarnya? Ga usah ditanya!
Segala gelar akademis sepertinya sudah habis diborong oleh Eyang bermata jenaka ini.
Ga cuma dari dalam negeri, kaum elit di negara lain juga sangat hormat dan respect kepada beliau.
Negarawan kebanggaan Indonesia ini selalu berpesan, Indonesia jangan hanya bangga akan kekayaan alamnya.
Ketika menjabat sebagai Presiden ke-3 Indonesia, beliau pernah mengatakan bahwa research yang dilakukan oleh tim nya membuktikan bahwa Indonesia bahkan tidak masuk dalam 10 besar daftar negara yang alamnya begitu kaya. Tapi bukan berarti alam Indonesia tidak kaya yaaaa...
Hanya saja, kita harus tau bahwa banyak negara lain yang nyatanya memiliki kekayaan alam lebih dari Indonesia.
Jadi jangan terlalu jumawa mengatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam terkaya.
Justru menurut beliau, yang bisa menjadi kekayaan bangsa Indonesia adalah MANUSIA nya.. SDM nya yang bisa membuat Indonesia bisa maju (atau bahkan mundur saat ini kayaknya yaaa :p)
Tak hanya pintar secara akademis...
karena menurut beliau.. kepintaran juga tidak akan baik jika berjalan tanpa cinta... *tssaaah romantis banget kaaaann..
Kisah cintanya dengan Ibu Ainun, sangat... sangat indah.
Bahkan rasa cinta Pak Habibie kepada Ibu Ainun juga masih tumbuh dan terus melekat setelah kepergian Ibu Ainun.
Jadi inget cerita tante gue yang wartawan juga...
Dia suka banget liat Pak Habibie yang mendapatkan larangan makan sembarangan karena kondisi kesehatan.
Diem-diem Pak Habibie suka bandel nyomot makanan enak dan favoritnya padahal dilarang sama Ibu Ainun.
Tapi begitu ketangkap mata sama Ibu Ainun dan dipelototin... Pak Habibie hanya bisa tersenyum manis dan menarik lagi tangannya sambil pasrah meninggalkan comotan makanannya itu.
Ga heran,
Kemarin ketika prosesi pemakaman..
Begitu banyak rakyat yang ingin menyampaikan penghormatan terakhir dengan berdiri di sisi jalan iring-iringan mobil jenazah.
Ada yang melambaikan tangan... melantunkan doa-doa... hingga hormat langsung ke arah mobil yang membawa jenazah Bapak Habibie.
Jujur,
gue yang nonton prosesi pemakanan hanya lewat layar kaca juga jadi ikutan terharu, bahkan hingga meneteskan air mata.
Lagi-lagi pertanyaan "Kenapa?" terlontar dari Naya...
Gue cuma bisa bilang... "pemimpin itu terlihat dari betapa rakyat yang begitu sayang.. begitu hormat dan sedih ketika ditinggalkan"
Bapak Habibie,
Di mata gue...
adalah sosok negarawan yang sama sekali ga berpikir soal politik...
Lebih berpikir soal gimana bikin Indonesia bisa lebih maju...
Berpikirnya ga cuma 5 atau 10 tahun ke depan.. tapi udah 50 bahkan 75 tahun ke depan.
Beliau dengan giat menyiapkan tunas bangsa untuk bisa melek teknologi, menyiapkan diri dengan gempuran teknologi yang bisa memudahkan tetapi juga mematikan kalau kita tidak menggunakannya dengan bijak.
Terima kasih, Pak Habibie. Bapak Demokrasi, Bapak Teknologi Indonesia, Bapak Dirgantara..
aaahh.. begitu banyak label yang ditempelkan pada sosok pria berpostur tubuh mungil ini.
Namanya begitu besar, berbanding terbalik dengan postur tubuhnya memang.
Apalagi prestasi dan karya yang diberikan untuk Indonesia...
Gue yakin, cinta dan pengabdian Bapak untuk Indonesia, terpatri dengan tinta emas di sanubari kami, orang Indonesia yang bangga akan prestasi dan karya yang Bapak berikan.
Selamat jalan, Bapak... Eyang yang pribadinya sangat-sangat hangat...
Kami kehilangan....
Tapi kami yakin, Eyang sudah bahagia...
Bertemu kembali dengan "Gula Jawa" nya di alam keabadian...
Selalu adeeem lihat Pak Habibie.
Ketika berujar, intonasinya bersemangat, dengan kalimat on point yang bikin kita selalu ingin mengikuti kata per kata.
Karena di dalam setiap kalimat yang beliau lontarkan, selalu sarat akan informasi, petuah dan kisah yang menarik untuk disimak.
Semua dicelotehkan dengan pancaran mata yang berbinar-binar.
Belum lagi senyum yang selalu tersungging di akhir kalimat...
Bikin lawan bicaranya jadi bisa menangkap makna perkataannya dengan sangat positif.
Pintarnya? Ga usah ditanya!
Segala gelar akademis sepertinya sudah habis diborong oleh Eyang bermata jenaka ini.
Ga cuma dari dalam negeri, kaum elit di negara lain juga sangat hormat dan respect kepada beliau.
Negarawan kebanggaan Indonesia ini selalu berpesan, Indonesia jangan hanya bangga akan kekayaan alamnya.
Ketika menjabat sebagai Presiden ke-3 Indonesia, beliau pernah mengatakan bahwa research yang dilakukan oleh tim nya membuktikan bahwa Indonesia bahkan tidak masuk dalam 10 besar daftar negara yang alamnya begitu kaya. Tapi bukan berarti alam Indonesia tidak kaya yaaaa...
Hanya saja, kita harus tau bahwa banyak negara lain yang nyatanya memiliki kekayaan alam lebih dari Indonesia.
Jadi jangan terlalu jumawa mengatakan bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam terkaya.
Justru menurut beliau, yang bisa menjadi kekayaan bangsa Indonesia adalah MANUSIA nya.. SDM nya yang bisa membuat Indonesia bisa maju (atau bahkan mundur saat ini kayaknya yaaa :p)
Tak hanya pintar secara akademis...
karena menurut beliau.. kepintaran juga tidak akan baik jika berjalan tanpa cinta... *tssaaah romantis banget kaaaann..
Kisah cintanya dengan Ibu Ainun, sangat... sangat indah.
Bahkan rasa cinta Pak Habibie kepada Ibu Ainun juga masih tumbuh dan terus melekat setelah kepergian Ibu Ainun.
Jadi inget cerita tante gue yang wartawan juga...
Dia suka banget liat Pak Habibie yang mendapatkan larangan makan sembarangan karena kondisi kesehatan.
Diem-diem Pak Habibie suka bandel nyomot makanan enak dan favoritnya padahal dilarang sama Ibu Ainun.
Tapi begitu ketangkap mata sama Ibu Ainun dan dipelototin... Pak Habibie hanya bisa tersenyum manis dan menarik lagi tangannya sambil pasrah meninggalkan comotan makanannya itu.
Ga heran,
Kemarin ketika prosesi pemakaman..
Begitu banyak rakyat yang ingin menyampaikan penghormatan terakhir dengan berdiri di sisi jalan iring-iringan mobil jenazah.
Ada yang melambaikan tangan... melantunkan doa-doa... hingga hormat langsung ke arah mobil yang membawa jenazah Bapak Habibie.
Jujur,
gue yang nonton prosesi pemakanan hanya lewat layar kaca juga jadi ikutan terharu, bahkan hingga meneteskan air mata.
Lagi-lagi pertanyaan "Kenapa?" terlontar dari Naya...
Gue cuma bisa bilang... "pemimpin itu terlihat dari betapa rakyat yang begitu sayang.. begitu hormat dan sedih ketika ditinggalkan"
Bapak Habibie,
Di mata gue...
adalah sosok negarawan yang sama sekali ga berpikir soal politik...
Lebih berpikir soal gimana bikin Indonesia bisa lebih maju...
Berpikirnya ga cuma 5 atau 10 tahun ke depan.. tapi udah 50 bahkan 75 tahun ke depan.
Beliau dengan giat menyiapkan tunas bangsa untuk bisa melek teknologi, menyiapkan diri dengan gempuran teknologi yang bisa memudahkan tetapi juga mematikan kalau kita tidak menggunakannya dengan bijak.
Terima kasih, Pak Habibie. Bapak Demokrasi, Bapak Teknologi Indonesia, Bapak Dirgantara..
aaahh.. begitu banyak label yang ditempelkan pada sosok pria berpostur tubuh mungil ini.
Namanya begitu besar, berbanding terbalik dengan postur tubuhnya memang.
Apalagi prestasi dan karya yang diberikan untuk Indonesia...
Gue yakin, cinta dan pengabdian Bapak untuk Indonesia, terpatri dengan tinta emas di sanubari kami, orang Indonesia yang bangga akan prestasi dan karya yang Bapak berikan.
Selamat jalan, Bapak... Eyang yang pribadinya sangat-sangat hangat...
Kami kehilangan....
Tapi kami yakin, Eyang sudah bahagia...
Bertemu kembali dengan "Gula Jawa" nya di alam keabadian...
Orang seperti Habibie ini memang langka, fokus kerja. Banyak hal dari sisi etos kerja yang patut dicontoh. Semoga nanti akan muncul Habibie berikutnya yang mampu membawa negara ini melesat jauh, seperti kata pepatah...gugur satu tumbuh seribu.
ReplyDelete