[Novel] GCCEO - 30 - Newlyweds
Pintu kamar baru saja tertutup, bibir Prita sudah dibungkam oleh Andra yang udah nggak tahan meluapkan kangennya ke wanita di hadapannya ini.
Tubuhnya terus mendesak tubuh mungil Prita hingga ia tersandar di dinding. Bibirnya terus melumat, sementara tangannya sibuk meraba seperti mengabsen satu persatu bagian tubuh favoritnya.
"Ugghh, pelan-pelan, Andra.." Prita sedikit mendorong tubuh Andra yang mulai terasa panas. Menahan pinggang lelaki yang kini sudah tidak berjarak dengannya. Anda merengkuh kepala Prita, menyugar rambut Prita gemas dengan nafas menderu.
Prita menatap hangat mata Andra yang penuh damba. "Kangen banget sama aku, Mas?" tanya Prita manja sambil mengerlingkan matanya dan satu tangannya menyentuh pipi Andra.
Teringat aturan, ketika Prita menyebut 'Mas', Andra akan menghukumnya dengan mencium bibir ranumnya.
Tak terkecuali malam itu. Ia langsung melahap ganas bibir Prita yang seakan sudah menantangnya. "Kamu mulai menggodaku, Baby?"
Prita hanya menyunggingkan bibirnya, membalas belitan lidah Andra yang sudah mendominasi setiap sudut rongga mulutnya.
Tubuh Andra semakin menekan, mendesak Prita hingga benar-benar tidak berjarak dengannya. Tangannya mulai turun, meraba kulit mulus Prita hingga ke bokong seksinya.
Pinggul Prita ikut bergerak mengikuti liuk tubuh Andra, merasakan gesekan yang tercipta dari setiap gerakan sensual.
Tangan Andra kembali ke pundak Prita yang malam itu mengenakan maxi dress bertali spagheti. Jari-jarinya menggeser tali itu perlahan hingga merosot ke lengan Prita. Membiarkan dress tipis itu perlahan jatuh, meninggalkan hanya kain yang menutup bagian sensitif tubuh mungil yang memancarkan aroma parfum favoritnya.
"You look hot, Baby.." tatapan nanar Andra membuat Prita grogi, menggigit bibir bawahnya yang malah justru mendobrak pertahanan diri Andra.
Lagi-lagi leher jenjang Prita menjadi sasaran... kecupan bertubi-tubi, diselingi dengan lidah yang menyecap kulit Prita dilancarkan Andra demi melepaskan rindunya.
Aliran darah Prita mengalir semakin deras, dadanya ikut naik turun. Sorot matanya sudah sangat sayu, bibirnya mengerang saat jemari Andra mengelus bagian tengah pahanya. Matanya terpejam, membiarkan Andra terus bermain di bawah sana.
"Hmmppfff" Prita menahan erangannya.
Tangan Prita meremas rambut Andra, menuntunnya untuk terus tetap di sana hingga pelepasan pertama yang membuatnya terengah-engah.
Prita meraih Andra ke atas, bibir mereka kembali bertemu. Kedua tangan besar Andra mengangkat bokong seksi Prita dan menggendongnya seperti koala, membawanya ke ranjang dan merebahkan wanitanya di atas ranjang tanpa melepaskan pagutannya.
Jemari Prita membuka satu persatu kancing kemeja Andra dan membuangnya entah kemana. Menyentuh perut six pax lelaki yang sudah terbakar gairah. Sentuhan penuh sensasi itu terus turun, meraih kancing celana Andra yang memang sudah waktunya dibuka karena dalamnya sudah meronta ingin segera dilepaskan.
Seakan gemas dengan junior yang sudah menantang, Prita lalu menggenggamnya, mengurut hingga desahan kuat terdengar dari mulut Andra.
Berubah posisi, Andra merebahkan diri di kasur, membiarkan Prita mengeksplor tubuhnya. Menelusuri leher, dada hingga ke bawah, menggoda dan mengulum serta memainkan juniornya.
"Baby..."
Andra pun meraih tubuh Prita dan membantingnya hingga ia kini mengungkung tubuh wanita itu, membuka lebar paha Prita dengan kakinya. Menyetarakan milik mereka dan penyatuan pun terjadi.
"Aaah..."
Prita mengalungkan tangannya di leher Andra, merasakan deru nafas satu sama lain yang bergelora. Tatapan liar keduanya, mengantar gerakan pinggul yang semakin intens. Hingga keduanya merasakan ledakan yang membuat mereka melayang, menikmati setiap menit hasil penyatuan mereka setelah kurang lebih satu bulan tidak bertemu.
Tubuh Andra ambruk di samping Prita. Nafas keduanya terengah-engah dengan peluh menyelimuti tubuh.
"Thank you, Baby. I'm still yours.. always," ujar Andra, mengecup mata, dahi, pipi dan bibir Prita yang tampak sedikit bengkak karena terlalu lama ia pagut.
Tangannya merengkuh tubuh mungil Prita, membawanya dalam pelukan dan menyelimuti tubuh mereka berdua, tertidur nyaman dalam dekapan satu sama lain.
Pagi hari, mereka terbangun karena suara morning call dari receptionist.
"Hallo.. Ya.. oo.. ok, terima kasih," masih dengan suara bantal, Prita menjawab panggilan telepon.
Ketika hendak beranjak dari kasur, lengan kokoh Andra kembali menarik tubuhnya.
"Mau kemana, Love?" tanya Andra dengan suara serak dan mata yang masih menyipit karena sinar matahari mulai masuk.
"Aku tadinya pagi ini mau ikut yoga di belakang..."
"Tapi?" tanya Andra yang terus nempel di badan Prita. Bahkan wajahnya udah diusel-usel ke leher Prita.
"Tapi tadi malem aku kayaknya udah cukup yoga deh," sahut Prita asal.
Andra langsung menarik wajahnya, menatap jail ke Prita yang sengaja merem karena tau pasti Andra responnya bakalan aneh nih.
"Kalo pagi ini masih mau yoga, aku sih ayok aja," ucap Andra sambil mengedipkan mata. Tangannya meremas bokong Prita.
"No.. no.. noo...," tolak Prita.
"Hari ini aku harus ada di pembukaan food festival. Urusan kerjaan dulu, kalo itu udah selesai baru urusan senang-senang."
"Oh my! Aku juga harus ada di sana. Jam berapa acaranya?" Andra tiba-tiba baru teringat tujuan utamanya ke Bali.
Baru saja ia akan mengecek iPhone-nya, ternyata ada panggilan telpon dari Denny.
"Ya, Den.."
"Pak, saya telpon ke villa tapi Bapak nggak ada di sana..." tanya Denny yang panik ketika pagi ini tau kalo bosnya dari semalam nggak sampe-sampe di vilanya.
"Saya nginep di Maya, Den... Tenang aja. Maaf saya lupa ngabarin ya," jawab Andra tenang.
Prita yang lagi menyeduh teh, tertawa ngikik di belakang Andra.
"Bosnya nyaris hilang... sekantor udah panik kali tuh," gumam Prita yang didengar Andra.
Setelah dijelaskan Denny mengenai jadwalnya hari ini, Andra pun mengakhiri sambungan telepon. Mengejar Prita yang sudah masuk kamar mandi.
"Aku juga mau mandi, Love," tiba-tiba Andra memeluk Prita dari belakang dan mengecup pundaknya.
Prita membalik tubuhnya, menarik Andra agar juga berada di bawah shower yang mengucur. Memberi sampo di kepala Andra dan menyabuni tubuh kekarnya.
"Seneng banget aku, Love," senyum terukir lebar di wajah Andra sambil memeluk pinggang Prita yang masih asik membasuh sabun dari tubuhnya.
"Seneng ya? Kemaren-kemaren sedih emangnya?"
"Ta... Sumpah, kamu nggak ada itu bikin aku bingung. Kangen banget.. banget.. banget... Kamu jangan tinggalin aku lagi ya."
"Ya tergantung...," jawaban Prita menggantung.
"Tergantung apa?"
"Tergantung kamu masih rayu-rayu cewek lain apa nggak," lirih Prita.
"Ta.. aku minta maaf. Aku salah," Andra langsung memeluk Prita dengan penuh kasih sayang.
***
Seharian itu, Prita dan Andra ada di venue food festival. DCI sebagai salah satu sponsor dan Boga Mentari sebagai salah satu produk yang dihighlight pada festival itu karena memiliki kearifan lokal.
Acara pembukaan festival berlangsung lancar dengan pengunjung yang sangat antusias.
Bisa dibilang, festival ini cukup bergengsi. Aneka penganan dari berbagai daerah di Indonesia, juga dari Bali sendiri, membanjiri venue. Kita bisa memiliki banyak pengalaman kuliner dengan mengelilingi dan mengikuti diskusi-diskusi kecil yang diadakan di beberapa venue yang lokasinya tersebar di Ubud.
Tahun ini, Andra hanya memberikan sambutan singkat pada pembukaan. Itu mengapa Andra bersedia pergi seorang diri ke Bali, tanpa didampingi Denny.
Sementara Prita, terlibat pada satu diskusi yang diadakan pada hari pertama festival. Berbicara mengenai pentingnya mengutamakan hasil-hasil dari setiap daerah untuk produk pangan Indonesia yang ternyata bisa dibilang sangat kaya dan bervariasi.
"Pak Andra dan Mbak Prita datang bersama?" tanya Jean, penyelenggara festival makanan yang rutin diadakan setiap tahun ini.
"Nggak juga sih. Cuma karena kemarin ketemu di Casaluna, jadi janjian bareng ke sininya," sahut Prita tenang. Padahal tangan Andra sudah bolak balik menyenggol pinggangnya.
"Kenapa kamu ga sekalian bilang kalo kita emang deket, Love?" tanya Andra ketika Jean sudah berlalu dan kembali mengelilingi venue.
"Lho... deketnya baru semalem kan?" goda Prita yang malah mendapat pelukan plus kecupan di bibirnya.
Karena ini di Bali, kayaknya jarang ada yang usil kalo mereka mesra-mesraan begini. Paling dikira lagi honeymoon kan? *cieeeee....
Bagi semua yang melihat dua insan ini, nggak pernah lepas gandengan, sesekali peluk dan cium, pasti ya ngiranya mereka emang beneran newlyweds yang lagi honeymoon di Bali.


Post a Comment