[Novel] GCCEO - 29 - Bertemu di Bali
Sebulan Kemudian
Bandara I Gusti Ngurah Rai - Bali
Seorang wanita cantik, turun dari pesawat sambil menghirup udara Bali yang segar.
Langit begitu biru, menyambut Prita yang siang itu terbang sendiri ke Bali untuk menghadiri sebuah food festival. Boga Mentari jadi salah satu sponsor untuk acara tersebut. Dan ia diberikan satu kesempatan di atas panggung untuk memaparkan highlight produknya.
Rambutnya yang tergerai, tertiup segarnya angin Bali.
"Hallo, Mbak Prita. Kenken kabar'e?" sambut Bli Dodi yang selalu ia hubungi untuk penyewaan mobil dan mengantarnya kemana-mana di Bali.
"Baik, Bli.."
"Ke Ubud, nginep di tempat biasa, Mbak?" tanya lelaki asli Bali dengan senyumnya yang ramah sambil menarik koper Prita dan membawanya menuju bagasi mobil.
"Biasa dong. Favorit! Tapi mampir ke Sanur dulu ya, Bli... biasa, kita makan siang dulu yuk," ajak Prita.
Sudah menjadi satu kebiasaan Prita, begitu touch down di Pulau Dewata ini, ia akan langsung menuju Sanur untuk menikmati segarnya Sop Ikan MakBeng.
"Siaaap, Mbak."
Serena putih itu pun meluncur mulus di jalanan Bali yang cukup lengang. Rasanya sebagian pikiran Prita sudah menguap, merasakan vibes Bali yang magis.
Membuatnya begitu relaks bahkan ketika menginjakkan kaki di bandara.
Bli Dodi sudah terbiasa dengan Prita yang mengunjungi Bali hanya seorang diri. Biasanya, Prita akan datang dan menghabiskan waktu paling tidak satu minggu hanya untuk menenangkan diri.
Pergi ke tempat-tempat yang membuat pikirannya tenang, atau sesekali ke beach club, bersembunyi di antara bisingnya keramaian.
***
Bandara Soeta - Jakarta
"Bapak yakin pergi sendiri aja?" tanya Denny meyakinkan diri kepada bosnya yang tiba-tiba mau pergi sendiri ke Bali untuk menghadiri undangan food festival di Ubud.
Tidak seperti biasanya, Andra memilih untuk pergi sendiri. Tanpa dua temannya yang begajulan itu dan tanpa Denny yang biasa membantunya untuk urusan pekerjaan.
"Yakin. Kamu urus yang di Jakarta aja. Saya cuma 2 malam aja kan. Selesai acara, saya balik Jakarta," sahut Andra keluar dari mobilnya dan bergegas check in.
Kali ini, Andra juga memilih untuk pergi dengan penerbangan komersil. Ia ingin melepaskan segala atribut ke-Diningrat-annya sejenak. Melepaskan penat dengan suasana Bali yang mungkin bisa membuatnya sedikit lega.
Setelah sebulan lalu, Prita meninggalkannya begitu saja di tangga darurat rumah sakit. Andra menjalani hari-harinya kembali menjadi Andra yang datar dan gila kerja.
Wajahnya yang tampan kini jarang sekali tersenyum. Meski begitu, ia tetaplah Andra yang mempesona. Yang membuat wanita selalu menatapnya lama hanya untuk mengagumi ketampanannya.
"Whoooaaa... Bali.. please heal my soul," harap Andra ketika menginjakkan kaki di tanah Pulau Dewata.
Ia pun segera mengambil mobilnya, menelusuri jalanan menuju Ubud.
Sebelum masuk ke villa pribadi Diningrat yang ada di Ubud, ia menyempatkan diri untuk makan malam. Casaluna dipilih lelaki yang malam ini terlihat santai dengan celana pendek dan kemeja linen berwarna biru langit.
Nasi Campur jadi pilihannya malam itu. Duduk sendiri, menikmati suasana Ubud di malam hari, membuat pikirannya tenang.
Hingga matanya menangkap sosok wanita muda yang masuk dan memesan pastry di show case depan resto.
Prita? -- batinnya.
Yap!
Heran deh sama mereka berdua. Kok bisa sama-sama nggak sadar kalau bisnis keduanya itu berhubungan erat. Makanan!
Jadi sebenernya emang nggak perlu mikir kalo mereka ketemu lagi itu karena emang mereka jodoh.
Ya karena circle mereka akan terus berputar di situ-situ aja, yekaaan?
Prita yang habis menikmati indahnya Ubud menjelang malam, kangen sama Paris Brest-nya Casaluna yang terkenal. Mampirlah dia ke Casaluna yang malah tertangkap di mata Andra.
"Ta..." sapanya.
Prita mendengar dia dipanggil, tapi nggak pernah nyangka kalau itu Andra.
Sedang sibuk memilih pastry favoritnya, Prita dengan bibirnya yang tersenyum kemudian menoleh ke arah suara.
Bola matanya seketika membesar, melihat sosok pria yang memanggilnya.
Harusnya gue inget, di dunia ini yang manggil gue "Ta" ya cuma Andra kan? -- batinnya.
"Apa kabar?" tanya Andra canggung. Seperti tidak pernah dekat sebelumnya.
"Baik," sahut Prita singkat. Ia pun segera mengeluarkan uang untuk membayar pesanannya. Sayangnya kue pesanannya belum dimasukkan ke dalam dus dan itu membutuhkan waktu. Memberikan kesempatan buat Andra mendekatinya.
"Kamu sendirian?"
"Sama Bli Dodi."
"Bli Dodi?" Andra bingung, nggak kenal juga siapa Bli Dodi itu. Mencari sosok Bli Dodi di belakang Prita. Ya nggak ada juga, Bli Dodi kan nunggu di mobil sementara Prita jalan sendiri menyusuri trotoar di Ubud.
"Driver," jawab Prita yang melihat Andra kebingungan.
"Oooh.. nginep di mana, Ta?"
"Bali," singkat, menandakan ia sebenernya nggak pengen ditanya-tanya lebih lanjut.
"Ta... ini kita emang lagi di Bali kan..." ujar Andra dengan matanya yang hangat tapi menunjukkan kebingungan dengan jawaban-jawaban yang dikasih Prita.
Muka itu, bikin Prita nggak tahan untuk sedikit tersenyum. "Di Ubud, maksudnya."
Andra semakin mendekat, mencium pelan pipi Prita, "I miss you, Ta.. much!"
Prita dibuat terdiam dengan ciuman itu. Setelah sebulan ia berusaha dengan sangat keras, menghilangkan Andra dari pikirannya. Kini lelaki tampan itu kembali ada di hadapannya, melemparkan kalimat yang bener-bener membuat hatinya bergetar.
Kriiinggg....
iPhone Prita berbunyi, tertulis di layar "Bli Dodi".
Ia segera menggeser tombol hijau di layar, "Ya, Bli.. sebentar lagi saya selesai. Di Casaluna ya."
"Maaf, Mbak Prita. Saya harus pulang ke kampung, baru saja terima kabar istri saya jatuh di kamar mandi dan sekarang lagi dibawa ke rumah sakit. Mohon maaf saya nggak bisa temenin Mbak Prita mungkin sampai besok. Karena istri saya ada di kampung, Mbak. Di Negara."
Dari suaranya, terdengar Bli Dodi begitu panik. Hingga ia tidak berpikir untuk menjemput dan mengantar Prita hingga ke penginapan, Bli Dodi langsung membelah jalanan Ubud untuk bisa segera sampai ke kampungnya.
"Bli... Nggak papa, saya bisa sendiri. Bli rawat si Mbok dulu ya. Mudah-mudahan nggak ada yang serius, bisa cepet pulang ke rumah, Bli. Salam dari saya," tukas Prita lalu mengakhiri sambungan telponnya setelah Bli Dody sekali lagi minta maaf dan berterima kasih.
"I guess you're now all alone, Ta... Bli Dody pulang?" tanya Andra.
Prita menggidikkan bahunya dengan raut wajah lucu.
"Aku antar kamu ya," ijin Andra.
"Aku bisa naik taksi. Ini Bali, aman kok," tolak Prita.
"Nggak, Ta," tangan Andra meraih pergelangan tangan Prita, membawanya kembali ke kasir, membayar makan malamnya tadi dan berjalan menuju parkiran.
"Kamu nyulik aku?" tanya Prita ketika sudah duduk di kursi penumpang Range Rover merah milik Andra.
"Kamu mau diculik?" balas Andra mulai dengan kalimat canggung yang sering bikin Prita senyum-senyum sebelumnya.
Tidak ada balasan dari Prita, Andra pun menoleh ke arah Prita yang masih duduk diam. Ia segera mencondongkan badannya, meraih tali di samping Prita dan memasang seat belt itu.
"Duduk manis dan kasih tau aku, kamu nginep di mana."
Nggak ada pilihan lain buat Prita. Masa iya dia mau tiba-tiba keluar dari mobil Andra trus lari nyari taksi. Duuhh, kayak drama-drama sinetron nggak sih kalo begitu. Selain itu, kakinya juga udah capek setelah jalan menyusuri trotoar desa Ubud sesorean tadi.
"Maya."
"Ok, Maya it is," seru Andra semangat dan menyalakan mesin mobilnya.
Di perjalanan, Andra berusaha untuk berbincang supaya suasana nggak canggung. Biarpun Ubud nggak terlalu besar, tapi jalanannya kadang suka harus berputar, jadi ada waktu buat mereka ngobrol-ngobrol.
"Kamu beneran sendiri ke sini?"
"Ho'oh."
"Liburan?"
"Bisa dibilang gitu."
"Sampe kapan?"
"Belom tau."
Mobil berhenti di lampu merah, Andra menatap wanita di sampingnya. "Kamu beneran nggak mau ngobrol sama aku lagi, Ta?"
"Kamu masih marah sama aku?" tanya Andra lagi karena Prita nggak jawab apa-apa.
"Aku takut, An."
"Takut sama aku?"
Prita malah nengok ke arah Andra... menatapnya aneh.
"Aku serem banget, sampe kamu takut sama aku, Ta?"
"Bisa nggak sih, kamu serius," Prita malah ketawa denger pertanyaan Andra.
"Loh, aku bener kan.. kamu takut apa sama aku?"
"Jalan dulu. Itu lampunya udah ijo."
Mereka masuk ke area resort, Andra memarkirkan mobil tanpa mematikan mesinnya.
"Ta... sekali lagi, aku minta maaf. Aku nyesel banget, hati aku sakit banget kamu ninggalin aku di tangga darurat hari itu."
Prita dengerin satu persatu kata yang keluar dari bibir Andra. Hatinya mulai melunak.
"Padahal kan kamu tau, Ta.. aku takut hantu. Itu tangga darurat rumah sakit, pasti banyak hantunya, Taaaa.." sambung Andra lirih.
Tadinya udah mau terharu dengerin kalimat permintaan maaf Andra. Tapi kalo sambungan kalimatnya begitu... Prita malah jadi gemes dan nyubit pinggang Andra.
Tangan Prita langsung ditangkap Andra yang dengan cepat meraih tubuh Prita dalam pelukannya.
"Maafin aku, Ta. Aku akan terus minta maaf sampai kamu terima maaf aku.. nggak akan bosen, nggak akan capek," bisik Andra di telinga wanita yang matanya mulai basah.
Melepaskan pelukannya, Andra meraih pundak Prita. "Cukup sebulan kamu diemin aku. Aku nggak kuat, Ta. Mau berenang rasanya, gerah banget badan aku karena kangen sama kamu," candanya.
"Apa sih, Andra??"
Tangan Andra menangkup wajah Prita dan mengecup lembut bibir merah yang selama ini sangat-sangat dirindukan.
"Aku kangen kamu, Baby.. please.. please..."
Bibir Prita balik mencium Andra, mengalungkan tangan di leher kekar lelaki di hadapannya. Andra menyambutnya dengan melumat gemas dan memainkan lidahnya hingga keduanya mengeluarkan desahan halus.


Post a Comment